Kamis, 11 Juni 2015

KOTA TERTUA DAN KABUPATEN TERTUA DI JAWA TIMUR


KOTA TERTUA DAN KABUPATEN TERTUA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN SEJARAH DAN PRASASTI.

1.Kabupaten Malang : 28 November 760, berdasarkan Prasasti Dinoyo, sebuah piagam yang dikeluarkan oleh Kerajaan Kanjuruhan yang diyakini berada di wilayah Malang.Kanjuruhan adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, yang pusatnya berada di dekat Kota Malang sekarang. Kanjuruhan diduga telah berdiri pada abad ke-6 Masehi (masih sezaman dengan Kerajaan Taruma di sekitar Bekasi dan Bogor sekarang). Bukti tertulis mengenai kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo. Rajanya yang terkenal adalah Gajayana. Peninggalan lainnya adalah Candi Badut danCandi Wurung.Jaman dahulu, ketika Pulau Jawa diperintah oleh raja-raja yang tersebar di daerah-daerah. Raja Purnawarman memerintah di Kerajaan Tarumanegara; Maharani Shima memerintah di Kerajaan Kalingga (atau "Holing");Pada Tahun 674 M ,Menggantikan Suaminya Yaitu Kartikeya Singa Raja Keling Kalingga Di Keling Kepung Kediri Yang Memerintah Tahun 648 M-674 M.dan Raja Sanjaya Memerintah 723 M-732 M Di Kerajaan Mataram Kuno Yaitu Daerah Pecahan Kalingga .Tepatnya Disebut kalingga Utara Bumi Mataram Yang Dulu Diwariskan Kepada Neneknya Yang bernama Parwati Putri Maharani Sima Dan Kartikeya Singa ,Sanjaya adalah putra Sena bratasenawa dan sannaha ,yang keduannya adalah putra putri mandiminyak raja galuh ke II.sedangkan mandiminyak menikah dengan Parwati putri maharani sima..jadi leluhur sanjaya adalah dari sunda (galuh) dan kediri (keling /Kalingga),Jawa Timur terdapat pula sebuah kerajaan yang aman dan makmur. Kerajaan itu berada di daerah Malang sekarang, di antara Sungai Brantasdan Sungai Metro, di dataran yang sekarang bernama Dinoyo, Merjosari, Tlogomas, dan Ketawanggede KecamatanLowokwaru. Kerajaan itu bernama Kanjuruhan
Bagaimana Kerajaan Kanjuruhan itu bisa berada dan berdiri di lembah antara Sungai Brantas dan Kali Metro di lereng sebelah timur Gunung Kawi, yang jauh dari jalur perdagangan pantai atau laut? Kita tentunya ingat bahwa pedalaman Pulau Jawa terkenal dengan daerah agraris, dan di daerah agraris semacam itulah muncul pusat-pusat aktivitas kelompok masyarakat yang berkembang menjadi pusat pemerintahan. Rupa-rupanya sejak awal abad masehi, agama Hindu dan Buddha yang menyebar di seluruh kepulauan Indonesia bagian barat dan tengah, pada sekitar abad ke VI dan VII M sampai pula di daerah pedalaman Jawa bagian timur, antara lain Malang. Karena Malang-lah kita mendapati bukti-bukti tertua tentang adanya aktivitas pemerintahan kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa bagian timur.
Bukti itu adalah prasasti Dinoyo yang ditulis pada tahun Saka 682 (atau kalau dijadikan tahun masehi ditambah 78 tahun, sehingga bertepatan dengan tahun 760 M). Disebutkan seorang raja yang bernama Dewa Singha, memerintah keratonnya yang amat besar yang disucikan oleh api Sang Siwa. Raja Dewa Singha mempunyai putra bernama Liswa, yang setelah memerintah menggantikan ayahnya menjadi raja bergelar Gajayana. Pada masa pemerintahan Raja Gajayana, Kerajaan Kanjuruhan berkembang pesat, baik pemerintahan, sosial, ekonomi maupun seni budayanya. Dengan sekalian para pembesar negeri dan segenap rakyatnya, Raja Gajayana membuat tempat suci pemujaan yang sangat bagus guna memuliakan Resi Agastya. Sang raja juga menyuruh membuat arca sang Resi Agastya dari batu hitam yang sangat elok, sebagai pengganti arca Resi Agastya yang dibuat dari kayu oleh nenek Raja Gajayana.
Dibawah pemerintahan Raja Gajayana, rakyat merasa aman dan terlindungi. Kekuasaan kerajaan meliputi daerah lereng timur dan barat Gunung Kawi. Ke utara hingga pesisir laut Jawa. Keamanan negeri terjamin. Tidak ada peperangan. Jarang terjadi pencurian dan perampokan, karena raja selalu bertindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan demikian rakyat hidup aman, tenteram, dan terhindar dari malapetaka.
Raja Gajayana hanya mempunyai seorang putri, yang oleh ayahnya diberi nama Uttejana. Seorang putri kerajaan pewaris tahta Kerajaan Kanjuruhan. Ketika dewasa, ia dijodohkan dengan seorang pangeran dari Paradeh bernama Pangeran Jananiya. Akhirnya Pangeran Jananiya bersama Permaisuri Uttejana, memerintah kerajaan warisan ayahnya ketika sang Raja Gajayana mangkat. Seperti leluhur-leluhurnya, mereka berdua memerintah dengan penuh keadilan. Rakyat Kanjuruhan semakin mencintai rajanya. Demikianlah, secara turun-temurun Kerajaan Kanjuruhan diperintah oleh raja-raja keturunan Raja Dewa Singha. Semua raja itu terkenal akan kebijaksanaannya, keadilan, serta kemurahan hatinya.Raja Dewa Singha Dan Raja Gajahyana Leluhurnya Adalah Asli Dari Kediri..Dewa singa adalah keturunan RAKYAN NARAYANA.Penguasa KALINGGA SELAAN BHUMI SAMBARA KELING /KALINGGA DI KELING KEPUNG KEDIRI,RAKRYAN NARAYANA ADALAH PUTRA MAHARANI SIMA DAN KARTIKEYA SINGHA RAJA KELING KALINGGA DI KELING KEPUNG KEDIRI,DAN SEBENARNYA KERAJAAN KALINGGA ITU DULU BERASAL DARI KEDIRI TERCATAT RAJA KELING KALINGGA DI KELING KEPUNG KEDIRI ADALAH MAHA RAJA WASUMURTI YANG MEMERINTAH TH 596 M-606 M.KEMUDIAN PRABU WASUGENI TH 606 M-632 M.KEMUDIAN PRABU WASUDEWA TH 632 M- 652 M,KEMUDIAN KIRATHASINGHA TH 632 M-648 M.KEMUDIAN KARTIKEYA SINGHA TH 648 M-674 M.KEMUDIAN MAHARANI SIMA TH 674-695 M.KEMUDIAN IBUKOTA KERAJAAN KALINGGA DIPINDAH KE SEKITAR JEPARA.
Pada sekitar tahun 847 Masehi, Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan Dyah Saladu. Raja ini terkenal adil dan bijaksana. Dibawah pemerintahannyalah Kerajaan Mataram berkembang pesat, kekuasaannya sangat besar. Ia disegani oleh raja-raja lain diseluruh Pulau Jawa. Keinginan untuk memperluas wilayah Kerajaan Mataram Kuna selalu terlaksana, baik melalui penaklukan maupun persahabatan. Kerajaan Mataram Kuna terkenal di seluruh Nusantara, bahkan sampai ke mancanegara. Wilayahnya luas, kekuasaannya besar, tentaranya kuat, dan penduduknya sangat banyak.
Perluasan Kerajaan Mataram Kuna itu sampai pula ke Pulau Jawa bagian timur. Tidak ada bukti atau tanda bahwa terjadi penaklukan dengan peperangan antara Kerajaan Mataram Kuna dengan Kerajaan Kanjuruhan. Ketika Kerajaan Mataram Kuna diperintah oleh Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung, raja Kerajaan Kanjuruhan menyumbangkan sebuah bangunan candi perwara (pengiring) di komplek Candi Prambanan yang dibangun oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan tahun 856 M (dulu bernama “Siwa Greha”). Candi pengiring (perwara) itu ditempatkan pada deretan sebelah timur, tepatnya di sudut tenggara. Kegiatan pembangunan semacam itu merupakan suatu kebiasaan bagi raja-raja daerah kepada pemerintah pusat. Maksudnya agar hubungan kerajaan pusat dan kerajaan di daerah selalu terjalin dan bertambah erat.
Kerajaan Kanjuruhan saat itu praktis dibawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuna. Walaupun demikian Kerajaan Kanjuruhan tetap memerintah di daerahnya. Hanya setiap tahun harus melapor ke pemerintahan pusat. Di dalam struktur pemerintahan Kerajaan Mataram Kuna zaman Raja Balitung, raja Kerajaan Kanjuruhan lebih dikenal dengan sebutan Rakryan Kanuruhan, artinya “Penguasa daerah” di Kanuruhan. Kanuruhan sendiri rupa-rupanya perubahan bunyi dari Kanjuruhan. Karena sebagai raja daerah, maka kekuasaan seorang raja daerah tidak seluas ketika menjadi kerajaan yang berdiri sendiri seperti ketika didirikan oleh nenek moyangnya dulu. Kekuasaaan raja daerah di Kanuruhan dapat diketahui waktu itu adalah daerah lereng timur Gunung Kawi.
Kekuasaan Rakryan KanjuruhanDaerah kekuasaan Rakryan Kanuruhan watak Kanuruhan. Watak adalah suatu wilayah yang luas, yang membawahi berpuluh-puluh wanua (desa). Jadi mungkin daerah watak itu dapat ditentukan hampir sama setingkat kabupaten. Dengan demikian Watak Kanuruhan membawahi wanua-wanua (desa-desa) yang terhampar seluas lereng sebelah timur Gunung Kawi sampai lereng barat Pegunungan Tengger-Semeru ke selatan hingga pantai selatan Pulau Jawa.
Dari sekian data nama-nama desa (wanua) yang berada di wilayah (watak) Kanuruhan menurut sumber tertulis berupa prasasti yang ditemukan disekitar Malang adalah sebagai berikut :
  1. daerah Balingawan (sekarang Desa Mangliawan Kecamatan Pakis),
  2. daerah Turryan (sekarang Desa Turen Kecamatan Turen),
  3. daerah Tugaran (sekarang Dukuh Tegaron Kelurahan Lesanpuro),
  4. daerah Kabalon (sekarang Dukuh Kabalon Cemarakandang),
  5. daerah Panawijyan (sekarang Kelurahan Palowijen Kecamatan Blimbing),
  6. daerah Bunulrejo (yang dulu bukan bernama Desa Bunulrejo pada zaman Kerajaan Kanuruhan),
  7. dan daerah-daerah di sekitar Malang barat seperti : Wurandungan (sekarang Dukuh Kelandungan – Landungsari), Karuman, Merjosari, Dinoyo, Ketawanggede, yang di dalam beberapa prasasti disebut-sebut sebagai daerah tempat gugusan kahyangan (bangunan candi) di dalam wilayah/kota Kanuruhan.
Demikianlah daerah-daerah yang menjadi wilayah kekuasaan Rakryan Kanuruhan. Dapat dikatakan mulai dari daerah Landungsari (barat), Palowijen (utara), Pakis (timur), Turen (selatan). Keistimewaan pejabat Rakryan Kanuruhan ini disamping berkuasa di daerahnya sendiri, juga menduduki jabatan penting dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno sejak zaman Raja Balitung, yaitu sebagai pejabat yang mengurusi urusan administrasi kerajaan. Jabatan ini berlangsung sampai zaman Kerajaan Majapahit. Begitulah sekilas tentang Rakryan Kanuruhan. Penguasa di daerah tetapi dapat berperan di dalam struktur pemerintahan kerajaan pusat, yang tidak pernah dilakukan oleh pejabat (Rakyan) yang lainnya, dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno di masa lampau.

MENURUTKU
YANG TERCANTUM DIDALAM PRASASTI ITU ADALAH KANJURUHAN DAN DINOYO SEHARUSNYA NAMA KOTA MALANG ITU JIKA BERDASARKAN PRASASTI YA KANJURUHAN ATAU DINOYO.KARNA TIDAK ADA NAMA MALANG ,PENYEBUTAN NAMA MALANG ITU ADALAH HAL BARU...MEMANG BENAR WILAYAH DINOYO ITU ADA DI WILAYAH KAB MALANG SAAT INI,TAPI YANG USIANYA TUA ITU BUKAN NAMA MALANG,TAPI KANJURUHAN DAN DINOYO,KEMUDIAN TUMAPEL DAN SHINGA SARI..DIZAMAN MASA KERAJAAN DULU TIDAK ADA KATA MALANG..JADI BAGAIMANA YA...HEHEHEHE..KALO KEDIRI SUDAH DISEBUT NAMANYA DIZAMAN ERLANGGA MAUPUN DIZAMAN KERAJAAN KELING KALINGGA BERIBU KOTA DI KELING KEPUNG KEDIRI TH 596 M DIMASA PEMERINTAHAN PRABU WASUMURTI. 596 M-606 M.SEHARUSNYA KEDIRI LEBIH TUA DARI MALANG.KARNA NAMA KEDIRI TETAP DISEBUT SAMPAI SEKARANG  



2.Kabupaten Kediri : 25 Maret 804, berdasarkan Prasasti Harinjing yang berisi anugerah Maharaja Rakai Layang Dyah Tulodhong dari Kerajaan Mataram untuk menghormati jasa-jasa Bhagawanta Bhari di desa Culanggi, di wilayah Bhumi Kadhiri.



Prasasti Harinjing
Prasasti Harinjing berisi tentang penganugrahan daerah perdikan (sima) oleh Raja Mataram Kuno, Rakai Layang Dyah Tulodhong kepada Bhagawanta Bhari atas jasanya membangun tanggul di Sungai Harinjing untuk mencegah banjir serta meningkatkan hasil pertanian.


Sebagai bentuk penghormatan serta mengenang tokoh BHAGAWANTA BHARI atas jasanya memperoleh tanah perdikan dan memakmurkan masyarakat Kediri berdasarkan Prasasti Harinjing ini maka tangal 25Maret 804ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Kediri dengan rangkaian upacara dan Prosesi. Prasasti Harinjing sekarang disimpan di Museum Nasional JAKARTA.

3.Kota Kediri : 27 Juli 879, berdasarkan Prasasti Kwak yang diberikan atas jasa-jasa Rakai Wka Pu Catura, sebagai piagam pengukuhan sebuah tanah tegal di Wanua Kwak sebagai sawah perdikan oleh Raja Mataram.


4.Kabupaten Pasuruan : 18 September 929, berdasarkan ditemukannya Prasasti Cunggrang.
Prasasti Cunggrang adalah salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol. Karena berada di dekat pemakaman umum, suasana prasasti ini terkesan sedikit mistis.
Prasasti Cunggrang ini dibuat oleh Mpu Sendok, sang Pendiri Wangsa Isyana Kerajaan Medang (Mataram Kuno) pada tanggal 18 September tahun 851 Saka atau 929 Masehi. Prasasti ini dibangun sebagai ucapan terima kasih kepada penduduk Dusun Cunggrang (sekarang disebut dengan Dusun Sukci) yang telah bergotong royong merawat pertapaan, prasada, dan pancuran air di Gunung Penanggungan yang saat itu disebut dengan Pawitra. Ini membuktikan bahwa budaya gotong royong sudah ada sejak dulu di Pasuruan. Isi dari Prasasti Cunggrang yang terdiri dari tulisan Jawa kuno yang diukirkan tidak dapat terbaca dengan jelas dikarenakan banyak bagian yang rumpil. Namun, inti dari prasasti tersebut menjelaskan bahwa daerah yang bernama Cunggrang, dijadikan daerah sima, yaitu daerah yang dibebaskan dari pajak oleh Kerajaan Mataram.
Adapun Unsur – unsur penanggalan Prasasti Cunggrang adalah sebagai berikut:
“(Swasti caka) warsatita 851 asujimasa (tithi dwadaci cukla) paksa tu(ng), Pa, Cu (wara Satabbisanaksa) tra. Ba (runa dewata. Gandayoga irika di) wasa.”
Artinya: Selamat tahun caka yang telah lalu 851 bulan Asuji tanggal 12 bagian bulan terang (hari yang bersikles enam) atunglai, (hari yang bersikles lima) pahing, (hari yang bersikles tujuh) Selasa.
“ni ajna maharaja…”
Artinya: Perintah Sri Maharaja …
IMG_0802
Dari prasasti ini, Kabupaten Pasuruan sudah ada sejak dahulu dengan nama Pasuruhan. Maka kaitan antara Prasasti Cunggrang dengan Kabupaten Pasuruan sangat lekat. Hingga akhirnya penanggalan di prasasti ini dijadikan Hari Jadi Kabupaten Pasuruan yang tahun 2014 ini akan menginjak 1085 tahun. 


5.Kabupaten Nganjuk : 10 April 937, berdasarkan Prasasti Anjukladang yang dikeluarkan Maharaja Mpu Sindok atas jasa-jasa penduduk desa Anjukladang dalam membantu memerangi musuh negara.
Prasasti Anjuk Ladang adalah piagam batu berangka tahun 859 Saka (versi L.-C. Damais, 937 M) atau 857 Saka ((versi Brandes, 935 M) yang dikeluarkan oleh Raja SRI ISYANA (Pu Sindok) dari Kerajaan Medang setelah pindah ke bagian timur Pulau Jawa. Prasasti ini juga disebut Prasasti Candi Lor karena ditemukan pada reruntuhan Candi Lor, di Desa Candirejo, Loceret, Nganjuk, beberapa kilometer di tenggara kota Nganjuk. Penamaan "Anjukladang" mengacu pada nama tempat yang disebutkan dala prasasti ini dan kemudian dikaitkan dengan asal mula nama Nganjuk sekarang dan prasasti ini menyebut pertama kali toponim tersebut.
Beberapa bagian prasasti ini telah aus sehingga tidak dapat terbaca seluruhnya, terutama pada bagian atas prasasti. Dari beberapa tulisan yang tidak mengalami aus didapatkan keterangan bahwa "Raja Pu Sindok telah memerintahkan agar tanah sawah kakatikan (?) di Anjukladang dijadikan sima dan dipersembahkan kepada bathara di sang hyang prasada kabhaktyan di Sri Jayamerta, dharma dari Samgat Anjukladang".
Menurut J.G. de Casparis, penduduk Desa Anjukladang mendapat anugerah raja dikarenakan telah berjasa membantu pasukan raja di bawah pimpinan Pu Sindok untuk menghalau serangan tentara Malayu (Sumatera) ke Mataram Kuna yang pada saat itu telah bergerak sampai dekat Nganjuk. Atas jasanya yang besar, maka Pu Sindok kemudian diangkat menjadi raja. Selain itu, prasasti ini juga berisi tentang adanya sebuah bangunan suci. Dalam makalahnya yang berjudul Some Notes on Transfer of Capitals in Ancient Sri Lanka and Southeast Asia, de Casparis mengatakan bahwa dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Pu Sindok mendirikan tugu kemenangan (jayastambha) setelah berhasil menahan serangan raja Malayu, dan pada tahun 937 M, tunggu tersebut digantikan oleh sebuah candi. Kemungkinan besar bangunan suci yang disebutkan dalam prasasti ini adalah bangunan Candi Lor yang terbuat dari bata yang terletak di Desa Candirejo.


Kutipan isi prasasti Anjuk Ladang yang menyebutkan hal itu: A. 14 – 15: … parnnaha nikanaÅ‹ lmah uÅ‹wana saÅ‹ hyaÅ‹ prasada atêhêra jaya[sta]mbha wiwit matêwêkniraÅ‹lahakan satru[nira] [haj]ja[n] ri [ma]layu (= di tempat ini [yang telah terpilih] agar menjadi tempat didirikannya bangunan suci, sebagai pengganti tugu kemenangan, [di sanalah] pertamakali menandai saat ia [raja] mengalahkan musuhnya raja dari Malayu).
Prasasti ini sekarang menjadi koleksi Museum Nasional di Jakarta dengan Nomor Inventaris D.59.

6.Kabupaten Trenggalek : 31 Agustus 1194, berdasarkan Prasasti Kamulan.

7.Kabupaten Tulungagung : 18 November 1205, berdasarkan Prasasti Lawadan yang dikeluarkan Raja Kertajaya dari Daha atas kesetiaan warga Thani Lawadan dalam membantu menghadapi serangan musuh.

8.Kabupaten Lumajang : 15 Desember 1255, berdasarkan Prasasti Mula-Malurung yang dikeluarkan Raja Sminingrat, yang melantik seorang penguasa di Lamajang.

9.Kabupaten Sumeneb : 31 Oktober 1269, berdasarkan berita pada naskah Pararaton yang menyebutkan pemindahan Arya Wiraraja, seorang pejabat di Kerajaan Tumapel yang dijadikan adipati di Songeneb.

10.Kabupaten Mojokerto : 9 Mei 1293, berdasarkan Sejarah Dinasti Yuan yang mengisahkan pada hari itu Raden Wijaya MENANTU RAJA SINGASARI KERTANEGARA setelah Mengantar pasukan TAR TAR dari MONGGOLIA menaklukkan Kerajaan Kadhiri HINGGA TERBUNUHNYA RAJA KEDIRI JAYA KATWANG, ia diizinkan pasukan Mongolia untuk kembali ke Majapahit . Ini dianggap sebagai titik awal kemenangan diplomatik dan militer Majapahit.MAJAPAHIT BERDIRI DIANTARA RERUNTUHAN DUA KERAJAAN BESAR SHINGA SARI DAN KEDIRI..DAHA KEDIRI PERNAH MENJADI IBUKOTA MAJAPAHIT PADA PEMERINTAHAN DYAH RANAWIJAYA.

11.Kota Surabaya : 31 Mei 1293, berdasarkan Sejarah Dinasti Yuan yang mengisahkan pada hari itu tentara Mongolia meninggalkan pelabuhan di Hujung Galuh karena dipukul mundur oleh pihak Majapahit.

12.Kabupaten Tuban : 12 November 1293, berdasarkan tanggal pelantikan Ranggalawe sebagai adipati Tuban yang pertama oleh Raja Majapahit.

13.Kabupaten Blitar : 5 Agustus 1324, berdasarkan Prasasti Blitar yang berisi penetapan Balitar sebagai sima swatantra oleh Jayanagara, raja kedua Majapahit.

14.Kabupaten Ngawi : 7 Juli 1358, berdasarkan Prasasti Canggu yang berisi penetapan Ngawi sebagai naditipradesa dan sima swatantra oleh Hayam Wuruk, Raja Majapahit.

15.Kota Probolinggo : 4 September 1359, berdasarkan perintah Raja Hayam Wuruk untuk membuka hutan Banger menjadi permukiman di bawah Akuwu di Sukadana. Banger ini merupakan nama lama Probolinggo.

16.Kabupaten Gresik : 9 Maret 1487, berdasarkan tanggal pelantikan Sunan Giri sebagai pemimpin Giri Kedhaton.

17.Kabupaten Ponorogo : 11 Agsutus 1496, berdasarkan tanggal pelantikan Batara Katong sebagai adipati pertama di Ponorogo.

18.Kabupaten Pamekasan : 3 November 1530, berdasarkan tanggal pelantikan Ronggosukowati sebagai adipati Pamekasan.

19.Kabupaten Bangkalan : 24 Oktober 1531, berdasarkan tanggal pelantikan Ki Pratanu sebagai adipati Bangkalan.

20.Kabupaten Madiun : 18 Juli 1568, berdasarkan tanggal pelantikan Pangeran Timur sebagai adipati di Purobaya, yaitu nama lama Madiun.

21.Kabupaten Lamongan : 26 Mei 1569, berdasarkan tanggal pelantikan Tumenggung Surajaya sebagai adipati pertama.

22.Kabupaten Sampang : 23 Desember 1624, berdasarkan tanggal pelantikan Raden Prasena sebagai Adipati Cakraningrat yang berkuasa atas Madura Barat yang beribu kota di Sampang, di bawah Sultan Agung dari Kerajaan Mataram.

23.Kabupaten Magetan : 12 Oktober 1675, berdasarkan penobatan Yosonegoro sebagai adipati pertama.

24.Kabupaten Bojonegoro : 20 Oktober 1677, berdasarkan tanggal perubahan status Bojonegoro dari kadipaten menjadi kabupaten, dengan Mas Tumapel sebagai wedana bupati yang pertama.

25.Kota Pasuruan : 8 Februari 1686, berdasarkan awal pemerintahan Untung Suropati yang melepaskan Pasuruan dari kekuasaan Mataram.

26.Kabupaten Pacitan : 19 Februari 1745, berdasarkan tanggal pelantikan Raden Ngabehi Tumenggung Notoprojo sebagai bupati pertama.

27.Kabupaten Probolinggo : 18 April 1746, berdasarkan tanggal pelantikan Kyai Joyo Lelono sebagai bupati pertama.

28.Kabupaten Banyuwangi : 18 Desember 1771, berdasarkan tanggap pertempuran Puputan Bayu.

29.Kabupaten Bondowoso : 17 Agustus 1819, berdasarkan tanggal pelantikan Mas Ngabehi Astrotruno sebagai Kyai Ronggo yang pertama, di mana sejak saat itu Bondowoso lepas dari Kabupaten Besuki dan meningkat statusnya dari kademangan menjadi keranggan.

30.Kabupaten Sidoarjo : 31 Januari 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor 9/1859 yang menetapkan Sidokare sebagai kabupaten yang lepas dari Kabupaten Surabaya dengan Raden Notopuro sebagai bupati pertama.

31.Kota Blitar : 1 April 1906, berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandche Indie 150/1906 oleh pemerintahan Hindia Belanda.

32.Kota Malang : 1 April 1914, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 297 tahun 1914 tentang pembentukan Gemeente Malang.

33.Kota Mojokerto : 20 Juni 1918, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 324 tahun 1918 tentang penetapan status Mojokerto sebagai staadsgemente.

34.Kota Madiun : 20 Juni 1918, berdasarkan Staatblad Nomor 326 tahun 1918 di mana sejak saat itu pemerintahan administratif Hindia Belanda mulai didirikan di Madiun.

35.Kabupaten Jember : 1 Januari 1929, berdasarkan Staatsblad Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 di mana Pemerintah Hindia Belanda telah menunjuk Regenschap Djember sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri. 

36.Kabupaten Situbondo : 19 September 1972, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1972, tentang perubahan dan pemindahan tempat kedudukan pemerintahan Kabupaten Panarukan menjadi Kabupaten Situbondo

37.Kota Batu : 21 Juni 2001, berdasarkan tanggal perubahan status Batu dari kota administratif menjadi kota yang lepas dari pemerintahan Kabupaten Malang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar