Selasa, 22 Oktober 2013

GELAR KEBANGSAWANAN JAWA

GELAR KEBANGSAWANAN JAWA KHUSUSNYA KERAJAAN MATARAM ISLAM YOGYA -SOLO


Gelar kebangsawanan di Indonesia pada umumnya diberikan kepada masyarakat keraton dan orang-orang di luar keraton yang dianggap berjasa kepada keraton. Seorang raja di kerajaan Mataram biasanya memiliki beberapa orang istri / selir (garwa ampeyan) dan seorang permaisuri / ratu (garwa padmi). Dari beberapa istrinya inilah raja tersebut memperoleh banyak anak lelaki dan perempuan dimana salah satu anak lelakinya akan meneruskan tahtanya dan diberi gelar putra mahkota. Sistem pergantian kekuasaan yang diterapkan biasanya adalah primogenitur lelaki (bahasa Inggris: male primogeniture) dimana anak lelaki tertua dari permaisuri berada di urutan teratas disusul kemudian oleh anak lelaki permaisuri lainnya dan setelah itu anak lelaki para selir.

1 Gelar Kasunanan
2 Gelar Kesultanan
3 Gelar Paku Alaman
4 Gelar Mangkunagaran
5 Gelar lain
5.1 Gelar Kerajaan Kubu
6 Referensi
7 Lihat pula
8 Pranala luar

Gelar Kasunanan

Gelar yang dipakai di Kasunanan Surakarta antara lain:

Penguasa Kasunanan: Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Prabu Sri Paku Buwana Senapati ing Alaga Ngabdulrahman Sayidin Panatagama Kaping ... (SISKS)
Permaisuri Susuhunan Pakubuwana: Gusti Kanjeng Ratu (GKR), dengan urutan:

Ratu Kilen (Ratu Barat)
Ratu Wetan (Ratu Timur)

Selir Susuhunan Pakubuwana: Kanjeng Bendara Raden Ayu (KBRAy), dengan urutan:

Bandara Raden Ayu
Raden Ayu
Raden
Mas Ayu
Mas Ajeng
Mbok Ajeng

Pewaris tahta Kasunanan (putra mahkota): Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangku Negara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram.
Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika masih muda: Gusti Raden Mas (GRM)
Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika sudah dewasa: Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH), dengan urutan:

Mangku Bumi
Bumi Nata
Purbaya
Puger

Anak lelaki dari selir ketika masih muda: Bendara Raden Mas (BRM)
Anak lelaki dari selir ketika sudah dewasa: Bendara Kanjeng Pangeran (BKP)
Cucu lelaki dari garis pria: Bendara Raden Mas (BRM)
Cicit lelaki dan keturunan lelaki lain dari garis pria: Raden Mas (RM)
Anak perempuan dari permaisuri ketika belum dinikahkan: Gusti Raden Ajeng (GRA)
Anak perempuan dari permaisuri ketika sudah dinikahkan: Gusti Raden Ayu (GRAy)
Anak perempuan tertua dari permaisuri ketika sudah dewasa: Gusti Kanjeng Ratu (GKR), dengan urutan:

Sekar-Kedhaton.
Pembayun.
Maduratna.
Bendara.
Angger.
Timur.

Anak perempuan dari selir ketika belum dinikahkan: Bendara Raden Ajeng (BRA)
Anak perempuan dari selir ketika sudah dinikahkan: Bendara Raden Ayu (BRAy)
Anak perempuan tertua dari selir ketika sudah dewasa: Ratu Alit
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sebelum dinikahkan: Raden Ajeng (RA)
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sesudah dinikahkan: Raden Ayu (RAy)

Gelar Kesultanan

Gelar yang dipakai di Kesultanan Yogyakarta

Penguasa Kesultanan: Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana Senapati ing Alaga Ngabdurrokhman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping ... (yang berarti pemimpin yang menguasai dunia, komandan besar, pelayan Tuhan, Tuan semua orang yang percaya)
Permaisuri Sultan Hamengkubuwana: Gusti Kanjeng Ratu (GKR)
Selir Sultan Hamengkubuwana: Kanjeng Bendara Raden Ayu (KBRAy)
Pewaris tahta Kesultanan (putra mahkota): Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangku Negara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram
Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika masih muda: Gusti Raden Mas (GRM)
Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika sudah dewasa: Gusti Bendara Pangeran Harya (GBPH)
Anak lelaki dari selir ketika masih muda: Bendara Raden Mas (BRM)
Anak lelaki dari selir ketika sudah dewasa: Bendara Pangeran Harya (BPH)
Cucu lelaki dan keturunan lelaki lain dari garis pria: Raden Mas (RM)
Anak perempuan dari permaisuri ketika belum dinikahkan: Gusti Raden Ajeng (GRA)
Anak perempuan dari permaisuri ketika sudah dinikahkan: Gusti Raden Ayu (GRAy)
Anak perempuan tertua dari permaisuri ketika sudah dewasa: Gusti Kanjeng Ratu (GKR)
Anak perempuan dari selir ketika belum dinikahkan: Bendara Raden Ajeng (BRA)
Anak perempuan dari selir ketika sudah dinikahkan: Bendara Raden Ayu (BRAy)
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sebelum dinikahkan: Raden Ajeng (RA)
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sesudah dinikahkan: Raden Ayu (RAy)

Gelar Paku Alaman

Gelar yang dipakai di Kadipaten Paku Alaman di Yogyakarta

Penguasa Paku Alaman: Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Harya Raja Paku Alam Kaping ...
Permaisuri Raja Paku Alam: Kanjeng Bendara Raden Ayu (KBRAy)
Selir Raja Paku Alam: Bendara Raden Ayu (BRAy) atau Raden Ayu (RAy)
Pewaris tahta Paku Alaman (putra mahkota): Bendara Pangeran Harya Suryadilaga
Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika masih muda: Gusti Bendara Raden Mas (GBRM)
Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri ketika sudah dewasa: Kanjeng Pangeran Harya (KPH)
Anak lelaki dari selir ketika masih muda: Raden Mas (RM)
Anak lelaki dari selir ketika sudah dewasa: Bendara Raden Harya (BRH)
Cucu lelaki dan keturunan lelaki sampai generasi ketiga dari garis pria: Raden Mas (RM)
Keturunan lelaki setelah generasi keempat lain dari garis pria: Raden
Anak perempuan dari permaisuri ketika belum dinikahkan: Gusti Bendara Raden Ajeng (GBRA)
Anak perempuan dari permaisuri ketika sudah dinikahkan: Gusti Bendara Raden Ayu (GBRAy)
Anak perempuan dari selir ketika belum dinikahkan: Bendara Raden Ajeng (BRA)
Anak perempuan dari selir ketika sudah dinikahkan: Bendara Raden Ayu (BRAy)
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sebelum dinikahkan: Raden Ajeng (RA)
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sesudah dinikahkan: Raden Ayu (RAy)

Gelar Mangkunagaran

Gelar yang dipakai di Praja Mangkunagaran di Surakarta

Penguasa Mangkunagaran: Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Harya Mangku Negara Senapati ing Ayuda Kaping ... (KGPAA)
Permaisuri Raja Mangkunagara: Kanjeng Bendara Raden Ayu (KBRAy)
Selir Raja Paku Mangkunagara: Bendara Raden Ayu (BRAy) atau Raden Ayu (RAy)
Pewaris tahta Mangkunagaran (putra mahkota): Pangeran Adipati Harya Prabu Prangwadana
Anak lelaki selain putra mahkota dari permaisuri: Gusti Raden Mas (GRM)
Anak lelaki dari selir: Bendara Raden Mas (RM)
Cucu lelaki dan keturunan lelaki sampai generasi ketiga dari garis pria: Raden Mas (RM)
Keturunan lelaki setelah generasi keempat lain dari garis pria: Raden
Anak perempuan dari permaisuri ketika belum dinikahkan: Gusti Raden Ajeng (GRA)
Anak perempuan dari permaisuri ketika sudah dinikahkan: Gusti Raden Ayu (GRAy)
Anak perempuan dari selir ketika belum dinikahkan: Bendara Raden Ajeng (BRA)
Anak perempuan dari selir ketika sudah dinikahkan: Bendara Raden Ayu (BRAy)
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sebelum dinikahkan: Raden Ajeng (RA)
Cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sesudah dinikahkan: Raden Ayu (RAy)

Gelar lain

Selain beberapa gelar tersebut di atas, di lingkungan keraton sering juga dijumpai sebutan khusus seperti:

Sekarkedhaton (untuk menyebut putri sulung permaisuri)
Sekartaji (untuk putri kedua)
Candrakirana (untuk putri ketiga)
Putra tertua dari seluruh Garwa Ampeyan bergelar Bendara Raden Mas Gusti dan akan berubah menjadi Gusti Pangeran setelah diangkat menjadi pangeran. Sedangkan putri tertua dari seluruh Garwa Ampeyan bergelar Bendoro Raden Ajeng Gusti dan akan berubah menjadi Pembayun setelah menikah. Khusus untuk putri sulung (tertua) dari Garwa Ampéyan mendapat gelar Kanjeng Ratu.

Beberapa gelar yang diberikan/dianugerahkan/diturunkan baik oleh trah Kesultanan, Kasunanan, Pakualaman atau Mangkunegaran memiliki beberapa karakteristik khas yang terdiri dari gelar turunan (darah) dan istimewa. Gelar-gelar yang telah anda baca di atas merupakan gelar-gelar turunan hanya sampai generasi ketujuh saja. Untuk generasi selanjutnya (8 sampai ...), bagi putra mendapatkan gelar Raden (R.) dan/atau Raden Bagus (RB.) dan bagi putri gelarnya Rara (Rr.). Gelar tersebut berlaku sampai generasi ke berapapun dengan catatan berasal dari keturunan lelaki atau pihak pancer trah wanita memiliki kedudukan bangsawan yang kuat. Pada gelar Raden Bagus, gelar ini akan berubah apabila yang bersangkutan telah menikah, gelar ini berubah menjadi Raden Bei/Raden Behi (RB.)

Dalam lingkup gelar kebangsawanan Mataram Islam, 4 praja nagari (Kesultanan, Kasunanan, Pakualaman, Mangkunegaraan) juga mengenal Gelar Istimewa. Gelar-gelar ini dibedakan menjadi 2 macam, yakni dapat diteruskan pada generasi berikutnya baik putra maupun putri dan yang tidak dapat diturunkan pada generasi berikutnya dengan alasan merupakan gelar jabatan. Pada gelar istimewa yang dapat diturunkan, untuk keturunan dari lelaki dapat memperoleh gelar yang sama dengan generasi sebelumnya, khusus keturunan dari perempuan gelarnya akan diturunkan sesuai tingkatan gelar umum. Jika tingkatan gelar keturunan dari perempuan habis maka keturunan berikutnya tidak mendaptkan gelar lagi, kecuali Trah dari garis wanita memiliki kedudukan kebangsawanan yang kuat. Contoh gelar yang dapat diturunkan :

Putra :

Raden Mas (R.M.)
Raden (R.)
Raden Bagus (RB.)
Raden Bei (RB.)
Raden Panji (RP.)
Raden Aryo Panji
Mas / Mas Anom / Aryo Bagus / Bagus (merupakan gelar terakhir: ditulis lengkap, biasanya merupakan sebutan bagi seseorang)

Putri :

Raden Ajeng (RA.) / Raden Ayu (RAy.)
Rara (Rr.)
Raden Nganten (RNgt.)
Dyah / Ayu / Nimas ((merupakan gelar terakhir : ditulis lengkap, biasanya merupakan sebutan bagi seseorang)

Gelar-gelar pada poin di atas merupakan gelar-gelar kebangsawan Jawa yang diakui secara aklamasi di seluruh Nusantara agar dapat diturunkan terhadap anak cucunya tanpa batas. Pada Gelar Putri, gelar Rara (Rr.) dapat diturunkan sampai generasi keberapapun dengan catatan Trah Pihak Wanita memiliki kedudukan bangsawan/Trah yang kuat/Tinggi. Pada poin terakhir pada masing-masing gelar di putra maupun putri, sebutan gelar tersebut merupakan sebuah penghormatan bagi orang-orang yang merupakan trah bangsawan namun telah habis grad penurunan gelarnya. Gelar tersebut tidak harus dituliskan di Akta Kelahiran. Penggunaan gelar Raden Bagus dapat dimisalkan dengan : Seorang Ibu dengan gelar RA atau Rr menikah dengan seorang Bapak tanpa gelar, jika anaknya perempuan maka anaknya akan mendapat gelar Rr. (dengan catatan si Bapak harus diwisuda dengan gelar baru). Namun jika anaknya laki-laki maka gelarnya adalah Raden Bagus, apabila sudah menikah berubah menjadi Raden Bei. Penggunaan gelar Raden Bei juga digunakan pada anak pertama laki-laki.

Gelar-gelar jabatan:

Kanjeng Radèn Harya Tumenggung (KRHT) ; putra
Mas Radèn Harya Tumenggung (MRHT) ; putra
Kanjeng Radèn Mas Tumenggung (KRMT) ; putra
Radèn Mas Tumenggung (RMT) ; putra
Ki Tumenggung Adipati ; putra
Ki Ageng ; putra
Kyai Ageng ; putra
Mas Tumenggung / Mas Adipati ; putra
Kanjeng Mas Ayu Tumenggung ; putri
Kanjeng Mas Ayu ; putri
Mas Ayu ; putri
Nimas Ayu ; putri
Nyai Tumenggung ; putri

Raden Hangabehi (RNg) ; putra
Mas Ngabéi (MNg) ; putra
Mas Bekel ; putra
Mas Ngebel ; putra
Nyai Adjeng ; putri
Nyai ; putri

Perlu diperhatikan pada gelar jabatan putra & putri, gelar-gelar tersebut dapat diwisudakan pada generasi selanjutnya dengan beberapa pendapat:

Jika keturunannya sudah dewasa, atau
Jika sudah diketahui pihak keraton, atau
Jika disetujui pihak keraton.

Polemik gelar itu masih simpang siur. Namun bagi keturunan yang telah yakin dengan gelar yang disandang, hendaklah arif menggunakan gelar tersebut karena menyangkut harkat dan martabat generasi di atasnya. Khusus untuk gelar putri apabila ada seorang putri dengan gelar RA. menikah dengan priyayi alit (masyarakat biasa) dan mempunyai anak putri maka gelar anaknya tersebut diturunkan menjadi Rr. dan seterusnya.

Gelar Istimewa karena Jabatan Biasa disandang oleh para Priyayi Anom, Adipati, Patih, Bupati, Wedana, Camat, Mantri dsb. (gelar ini dahulu disandangkan pada laki-laki, karena pemangku jabatan mayoritas adalah laki-laki, sedangkan istrinya juga mendapatkan gelar istimewa namun jarang)
Gelar Kerajaan Kubu

Putra Mahkota/Pangeran :

Syarif (atau Sayyid) (nama pribadi) ibni al-Marhum Syarif (atau Sayyid) (nama bapaknya) Al-Idrus (nama marga/keluarga), Tuan Besar Kubu (aslinya: Yang di-Pertuan Besar).

Anggota laki-laki keluarga Kesultanan yang lain, keturunan pada garis Bapak:

Syarif (atau Sayyid) (nama pribadi) ibni Syarif (or Sayyid) (nama bapaknya) Al-Idrus (nama marga/keluarga).

Anggota wanita keluarga Kesultanan, keturunan pada garis bapak:

Syarifah (nama pribadi) binti Syarif (atau Sayyid) (nama bapaknya) Al-Idrus (nama marga/keluarga).

Senin, 07 Oktober 2013

HANENTREMAKEN PENGGALIH SAKWETAWIS


Mari kita lirik keindahan dan ke
luasan alam makrokosmos di dalam diri kita,mencebur dan kemudian hidup abadi di dalam genggaman-Nya.tata kembali kosmos dalam diri ini. Perubahan sekecil apapun di hati/rasa/qalbu…,owah gingsirnya batin kita hakikat-Nya adalah perubahan yang sangat besar karena perubahan itu terjadi di... Arasy makromosmos. 

  Jika ruang sunyi di Hati-mu terganggu oleh buar dan suara-suara nafsu,masuklah ke dalam bilik Ruh-Mu, karena dalam bilik Ruh-Mu ada hamparan Agung Sirr-Mu, dimana sunyi-Mu menjadi Sirna-Mu kepada-Nya, bahkan tak kausadari kau panggil-panggil nama-Nya, karena kau telah berdiri di depan Gerbang-Nya

 Kekosongan atau kehampaan yang diusahakan adalah wujud dari Kesombongan,kekosongan dan kehampaan hanya bisa diraih dengan tumungkuling rasa, andap asoring manah,kesadaran diri bahwa kita ini bukan apa-apa dan bukan Siapa-siapa dihadirat Gusti kang murbeng Dumadi dan kesadaran diri marang sapodo padaning tumitah tumraping urip bebrayan.

  Tiap saat kita mampu menempatkan diri dihadirat Gusti dalam perbandingan yang wajar bahwa manusia itu memang bukan apa apa dan Gusti adalah Segalanya..daya kodrat manusia tidak mampu untuk memberikan kesadaran yang demikian,selain manusia dapat kurnia yang bisa mengatasi kelekatan manusia pada rasa keakuan-nya,karena itu sifat rendah diri tersebut disebut sifat rendah diri manusia yang dibangkitkan oleh rahmat..kalau kita memang percaya kalau suwung itu amengku ana,maka sudah selayaknya-lah kalau kita dalam kehidupan sehari-hari menyadari kebukan apa apaan kita..
Gusti itu Baru Kang-Murbeng Dumadi bila diperlakukan sebagai Gusti oleh dumadi.

OLAH KEPRIBADIAN AGUNG PAMBUDI






DI KEDIAMAN MAS TONO JL AIRLANGGA KEDIRI

DI KEDIAMAN MAS TONO JL AIRLANGGA KEDIRI









EYANG PANDU PRAGULO PATI ARGO PARANG GUNUNG WILIS KEDIRI

ARGO PARANG GUNUNG WILIS KEDIRI JAWA TIMUR
PISOWANAN AGUNG EYANG PANDU PRAGULO PATI

CERITA RAKYAT
Pesona Wisata Ziarah Makam Eyang Prabu Pandu Pragolopati

Terletak di Dusun Parang Desa Parang Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri 

Memang belum banyak diketahui di Desa tersebut tepatnya berada dipuncak bukit terdapat pemakaman Raja Mataram dari “trah“ atau keturunan Putro Kusumo. Sebuah cerita perjalanan panjang intrik perebutan kekuasaan yang menyebabkan terbunuhnya satu keluarga kerajaan sampai melarikan diri ke wilayah Kediri. Terbentuknya nama nama desa sekitar tempat ini juga berasal dari riwayat pelarian keluarga Pandu Progolopati . Seperti Gringging yang mengisankan ketika dalam perjalanan sang raja merasakan “Gringgingen”/kesemuten, banyakan ketika beliau sudah merasakan sakit yang luar biasa, Peso ketika beliau harus memaksakan diri untuk mencapai perbukitan dan parang yang diartikan makam untuk raja ketika beliau menemui ajal disana.

Untuk menuju kelokasi ini dari trafic Pasar Banyakan Jalan Raya Kediri- Nganjuk ±15 km kearah Desa Parang, bisa ditempuh dengan menggunakan mobil atau sepeda motor melalui jalan beraspal yang mulus sampai kekaki bukit pertigaan dusun Parang bila kearah kanan menuju Goliman kekiri menuju makam lalu menyusuri punggung bukit sampai ke pemakaman. Bagi yang mempunyai hoby tracking perjalanan menyusuri jalan setapak ini tentu merupakan tantangan tersendiri karena medan yang dilalui juga lumayan menantang.

Lelah dan capek selama perjalanan akan terobati jika sudah sampai ke lokasi. Sejuknya hawa pegunungan yang belum tercemar polusi dan indahnya pemandangan wisata alam pegunungan semakin menambah keindahan tempat ini. Apalagi jika dilihat di malam hari maka hamparan pemandangan lampu lampu yang tampak dari atas menambah eksotisme tempat ini.

Dilokasi pemakaman ini terdapat 7 (tujuh) makam yang dikeramatkan yaitu makam Prabu Pandu Pragulopati bersama permaisurinya Kanjeng Putri Sutra Kenanga, Patih Respati, ibu Prabu Pandu Putri Sedyowati, dan ketiga anak anaknya yaitu Sri Kuning, Jaya Kapitrisna dan Mulyo Kusumo.

Setiap bulan Suro makam ini banyak dikunjungi keluarga besar kerajaan baik dari Solo, maupun dari Yogjakarta. Penduduk setempat sekitarpun selalu melakukan tradisi selamatan ditempat ini untuk menghormati keluarga yang dimakamkan disini. 
Refferensi tulisan(Hari S -Kominfo)









Eyang Prabu Pandu Pragulopati bersama permaisurinya Kanjeng Putri Sutra Kenanga,





EYANG SAPU JAGAD

MUSEUM AIRLANGGA KEDIRI

MUSEUM AIRLANGGA KEDIRI





Hm, Museum Airlangga berada di Desa Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kotamadya Kediri, Jawa Timur dan masih satu komplek dengan areal wisata Gua Selomangleng, Waterpark dan bersebelahan dengan Pura Penataran Agung Kilisuci.

Menuju ke Museum Airlangga

Karena letaknya berada di areal wisata andalan Kota Kediri, untuk menuju ke Museum Airlangga cukuplah mudah.

  >  Dari Terminal Kediri, bisa naik angkot A atau yang bertuliskan Selomangleng, biaya Rp 2.500,- Harap dicatat bahwa jam operasional angkot ini hanya
sampai sekitar jam setengah empat sore.

  >  Bagi yang naik bis dari arah Surabaya maupun Nganjuk bias turun di perempatan Sukorame. Selanjutnya bisa naik becak maupun ojek atau berjalan kaki sejauh satu setengah kilometer, itung – itung sambil olahraga.

  >  Jika berkendara sendiri, arahkan kendaraan menuju ke Terminal Tamanan Kota Kediri (Jika sempat silahkan mampir dan mencoba Soto Kediri Bok Ijo yang terkenal itu). Dari pertigaan terminal, belok ke kanan atau ke utara. Terus saja hingga bertemu lampu lalu lintas. Belok kiri dan terus hingga ujung jalan.

Pada awalnya, Museum Airlangga berada di areal Pemandian Tirtoyoso (Kuwak) Kota Kediri yang berada di Jl. A.Yani dan bersebelahan dengan Stadion Brawijaya. Bangunan awal museum pada zaman Belanda sangat unik dengan gapuranya yang berhias kalamakara. Namun, seiring berjalannya tahun, kondisi museum benar – benar menyedihkan dan sangat rawan pencurian, hingga pada akhirnya ada tukar guling lahan antara Gudang Garam dengan Pemkot Kediri di areal Gunung Maskumambang, letak museum yang sekarang ini berdiri. Bangunan museum yang lamapun berubah menjadi kafe dan sekarang dihancurkan untuk perluasan dan perbaikan Pemandian Tirtoyoso.

Pada tahun 1992, pembangunan Museum Airlanggapun telah selesai. Museum Airlangga sendiri mengambil nama dari Raja Airlangga, Pendiri Kerjaaan Kahuripan dan ayah dari Dewi Kilisuci yang erat hubungannya dengan legenda maupun sejarah Gua Selomangleng. Untuk mengungukuhkan kesan Airlangga ini, di depan museum dipajang Arca Garuda Menunggangi Wisnu yang tentu saja merupakan replika dan arca yang aslinya sekarang berada di PIM (Pusat Informasi Majapahit) serta aslinya berasal dari Candi Belahan.

Koleksi Museum Airlangga

Untuk masuk ke Museum benar – benar murah meriah ! Untuk orang dewasa, hanya perlu membayar Rp 1.000,- sedangkan anak – anak Rp 500,- Museum Airlangga sendiri hanya terdiri dari satu ruangan besar. Koleksi Museum Airlangga sendiri lumayan banyak, ada arca, jaladwara, fragmen relief, kalamakara, prasasti, bata kuno, guci kuno, tembikar, yoni, jambang batu, makara, batu berangka tahun.

Sayangnya, walaupun memiliki banyak benda koleksi cagar budaya, kebanyakan dan hampir semua koleksinya minim informasi serta sangat kurang dalam penjelasan tempat diketemukannya benda – benda cagar budaya tersebut dan hanya sebatas keterangan definisi benda koleksi tersebut. Yang ada tulisan asal muasalnya hanyalah fragmen batu candi berupa hiasan suluran tanaman yang berasal dari Dusun Kedaton, Desa Lirboyo dan bata kuno yang diketemukan di Dusun Botolengket, Desa Bujel. Juga, banyak prasasti dan batu berangka tahun yang tidak ada penjelasannya tentang isi prasasti maupun tahun yang terukir pada batu angka tahun tersebut.







 Benda Koleksi Museum Airlangga

Diantara koleksi Museum Airlangga, ada beberapa koleksi yang menurutku unik, diantaranya jaladwara dengan hiasan seorang wanita pada sisi depannya, jambangan batu super besar dengan ragam hiasan suluran tanaman ditambah huruf pallawa pada salah satu sisinya, serta hiasan candi dari Desa Kedaton yang --- walau sedikit --- memiliki guratan yang menawan, terutama terbuat dari batu kapur padat, padahal daerah penemuannya jauh dari tempat penghasil batu kapur dan candi dari batu kapur sangat langka sekali !!

Masih belum cukup, ada juga arca Siwa dengan ukuran besar yang langsung menjadi pusat perhatian saat berada pada museum. Sayangnya, arca ini rusak pada beberapa tempat hingga harus disemen, duh !

Kalamakara Model Jawa Tengahan
Hal menarik lainnya adalah kalamakara yang biasa menghiasi ambang pintu candi. Museum Airlangga memiliki beberapa koleksi kalamakara dan beberapa diantaranya tidak memiliki rahang bawah. Kalamakara tanpa rahang bawah merupakan ciri khas kalamakara yang ada di Jawa Tengah. Prof Soekmono menjelaskan bahwa candi – candi peninggalan Kerajaan Kadiri memiliki ciri unik yang merupakan perpaduan antara candi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Candi – candi masa Kadiri ini bisa ditemukan pada Candi Gurah, Candi Tondowongso, Candi atau Pertirtaan Kepung dan yang terbaru, Situs Sumber Cangkring.

Selain itu, masih ada dwarapala dalam ukuran besar yang berada di luar bangunanmuseum. Berbeda dengan dwarapala lainnya yang selalu dipahat dalam posisi salah satu kaki bersimpuh dan memanggul gada pada salah satu bahunya, dwarapala ini dipahatkan dalam posisi berdiri dan gadanya diletakkan dibawah (posisi gada di bawah juga bisa dilihat pada dwarapala Singosari).

Koleksi Museum Yang Berada Di Luar Bangunan Museum

Selain di dalam gedung, beberapa arca, yoni dan jambangan batu di letakkan di taman di luar gedung. Peletakkan disini kurang tepat karena membuat benda – benda tersebut rawan dicuri serta berlumut disana – sini saat musim hujan tiba.

Senin Tetap Buka

            Jika kebanyakan museum libur pada hari Senin, hal itu tidak berlaku pada Museum Airlangga. Pada awalnya, memang hari Senin museum libur, tapi mengingat ramainya kunjungan ke Selomangleng pada hari Minggunya dan banyaknya sampah pengunjung yang bertumpuk pada Senin harinya, maka diputuskanlah untuk tetap membuka museum pada hari Senin serta untuk bersih – bersih area sekitar museum. Sebagai gantinya, museum tutup pada hari Jum’at. Museum Airlangga sendiri buka pada pukul delapan pagi hingga pukul dua siang.

            Walau memiliki banyak benda cagar budaya yang penting, namun hal itu berbanding terbalik dengan kondisi museum. Museum Airlangga yang dijaga dua orang, mbak Yuni dan Mas Andi ini kondisinya sangat menyedihkan. Bagian langit – langit museum rusak dan jebol disana – sini serta bocor pada musim penghujan.

Museum Airlangga

Walau menyandang gelar sebagai Museum teramai Kedua di Jawa Timur, kenyataannya Museum Airlangga benar – benar sepi dan hanya ramai pada hari – hari libur saja, terutama hari Minggu. Saking sepinya, banyak orang yang ingin masuk jadi ragu untuk masuk. Selain sepi, Museum Airlangga juga kurang promosi, bahkan pamflet atau selebarannyapun tidak ada. Saya sendiri sempat minta ke kantornya dan setelah dapat ternyata selebaran tersebut merupakan selebaran tahun 2007 yang masih sisa banyak !! --- Kok ya ga dibagi – bagi ke pengunjung museum dan kapan mencetak yang baru untuk menggantikan selebaran yang terlihat ala kadarnya ini ?

Juga mendapat informasi dari Mr. Olivier Johannes yang memiliki koleksi Kartoe Pos Lama yang luar biasa. Menurut catatan sejarah kolonial, pada zaman sekitar tahun 1900, pendiri Museum Airlangga mengumpulkan arca-arca dari berbagai lokasi, banyak yang sebelumnya berfungsi sebagai hiasan halaman petinggi pribumi.

Pencurian Koleksi Museum

            Menurut berita dari internet, katanya beberapa koleksi Museum Airlangga telah dipalsu, sedangkan benda yang asli telah dijual kepada kolektor. Hal ini bercermin pada kasus yang menimpa Museum Radya Pustaka Solo yang banyak benda koleksinya dipalsu dan yang asli dijual, serta melihat betapa minimnya penjagaan di Museum, terutama pada malam hari.

Pihak Disbudparpora pemkot Kediripun menepis anggapan tersebut karena berdasarkan inventarisasi terbaru mereka, semua benda koleksi museum masih utuh dan tak hilang satupun. Karena belum adanya penelitian lanjutan, sepertinya banyak masyarakat yang tak akan tahu mana yang benar diantara dua pernyataan ini. Saya sendiri lebih berharap bahwa berita ini tidak benar karena akan sangat sayang sekali jika benda museum dijual ke para kolektor. Juga, adanya berita bahwa Pemerintah Pusat berniat mengucurkan anggaran sebesar Rp 1,8 milliar untuk memugar Museum Airlangga mengingat keadaan museum yang menyedihkan dan museum tak pernah dipugar sejak dibangun.

Kartu Pos Lama koleksi Mr. Olivier Johannes (terima kasih karena sudah mau meminjamkannya ^^b)

Courtesy Tropen Museum --- Museum Tirtoyoso (Kuwak) Cikal Bakal Museum Airlangga

Semoga setelah museum dipugar dan melakukan promosi yang gencar, pamor Museum Airlangga akan terangkat kembali dan museum kembali ramai demi menyukseskan program Tahun Kunjungan Museum.

Museum, tempat yang menyenangkan dimana pengetahuan berbaur dengan rekreasi. Jadi, sudahkah kalian siap ke museum