Minggu, 28 Juni 2015

CANDI SUKUH KARANG ANYAR

Candi Sukuh KARANG ANYAR
MENURUT PENDAPATKU
Rahayu sagung Dumadi.Candi sukuh Dilihat Dari Bentuk Dan Filosofinya Sangat Berbeda Dengan Candi Candi Lain Di Nusantara,. Candi Sukuh berkonsep SANGKAN PARANING DUMADI .Yang Berarti Dari Mana Asal Usul manusia.,untuk apa hidup didunia ini,dan akan kemana Kembalinya Setelah semua inI .ini adalah Candi JAWA (Dalam Arti KAWERUH JAWADWIPA ASLI YAITU ASAL USUL ORANG JAWA YANG BERASAL DARI KAUM JAWA-TA ,LELUHUR ORANG JAWA ADALAH SANG HYANG ADHAMA/SANG HYANG JANMA WALIJAYA,Orang Arab Dan Timur Tengah Meyebutnya Dengan Sebutan NABI ADAM AS ).Sungguh pantas Ahli Purbakala Mengira CANDI ini Berusia 10.000 th...yang dilestarikan hingga zaman MAJAPAHIT,ABAD 14 M.MAKA SETELAH DIZAMAN MAJAPAHIT KONSEP CANDI SUKUH SUDAH BERUBAH KARNA PENGARUH AGAMA TERTENTU.YANG AWALNYA BERKONSEP KAWERUH JAWA ASLI DAN PADA AHIRNYA BERUBAH KONSEP GUNUNG LAWU (PUNCAK argodumilah adalah KAHYANGAN PERTAMA YANG DIBANGUN OLEH BATARA GURU/SRI MAHA RAJA MAHADEWA BUDA.YANG KEMUDIAN KAHYANGAN TERSEBUT MENJADI SUATU KERAJAAN YANG PERTAMA DI BUMI NUSANTARA YANG BERNAMA MEDHANG KAMULAN ,MEDHANG KAMULAN ADALAH KELANJUTAN DARI KERAJAAN KUSNIA MALEBARI YAITU KERAJAAN NABI ADAM AS (SANG HYANG JANMA WALIJAYA/SANG HYANG ADAMA. .BATARA GURU ADALAH GENERASI KE 7 NABI ADAM.Sedangkan di wilayah kaki GUNUNG LAWU INI BANYAK DITEMUKAN FOSIL MANUSIA PURBA YANG BERUSIA 2 JUTA TH..LIHAT DI MUSEUM TRINIL ,KALO CANDI SUKUH BERUSIA 10 RIBU TAHUN KEDENGARAN-NYA MEMANG TUA...TAPI KALO LIHAT SEJARAH KERAJAAN MEDANG KAMULAN DARI KITAB PUSTAKA RAJA PURWA ,WOW PERADABAN GUNUNG LAWU ATAU GUNUNG MAHENDRA INI SANGAT TUA. LHO HEHEHE.
Bangunan Utama Candi Sukuh.yang mirip bangunan suku aztec



CANDI SUKUH MENURUT PARA AHLI SEJARAH
Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang secara administrasi terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini dianggap kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena penggambaran alat-alat kelamin manusia secara eksplisit pada beberapa figurnya.

Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995.

Sejarah singkat penemuan
Situs candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda, melakukan penelitian. Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928.

Lokasi candi
Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut pada koordinat 07o37, 38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111o07,. 52’65’’ Bujur Barat. Candi ini terletak di Dukuh Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 kilometer dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta.

Struktur bangunan candi

Denah candi Sukuh.
Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir.

Kesan kesederhanaan ini menarik perhatian arkeolog termashyur Belanda, W.F. Stutterheim, pada tahun 1930. Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen. Pertama, kemungkinan pemahat Candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton. Kedua, candi dibuat dengan agak tergesa-gesa sehingga kurang rapi. Ketiga, keadaan politik kala itu dengan menjelang keruntuhan Majapahit, tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah.

Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat bentuk arsitektur khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya.

Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit..

Teras pertama candi

Gapura utama candi Sukuh.
Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah sengkala memet dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta aban wong ("raksasa gapura memangsa manusia"), yang masing-masing memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 (Saka) (1437 Masehi). Angka tahun ini sering dianggap sebagai tahun berdirinya candi ini, meskipun lebih mungkin adalah tahun selesainya dibangun gapura ini. Di sisi sebelahnya juga terdapat relief sengkala memet berwujud gajah bersorban yang menggigit ekor ular. Ini dianggap melambangkan bunyi gapura buta anahut buntut ("raksasa gapura menggigit ekor"), yang juga dapat ditafsirkan sebagai 1359 Saka.

Relief sengkala pada gapura

Sengkala memet (gambar) yang ditafsirkan sebagai gapura buta aban wong.


Sengkala memet yang ditafsirkan sebagai gapura buta anahut buntut.


Teras kedua candi
Gapura pada teras kedua sudah rusak. Di kanan dan kiri gapura terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala yang biasa ada, namun dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak beratap dan pada teras ini tidak terdapat banyak patung-patung. Pada gapura ini terdapat sebuah candrasangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gajah wiku anahut buntut yang berarti “Gajah pendeta menggigit ekor” dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi.

Teras ketiga candi
Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa panel berelief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan.

Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masih sering dipergunakan untuk bersembahyang.

Kemudian pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian panel dengan relief yang menceritakan mitologi utama Candi Sukuh, Kidung Sudamala. Urutan reliefnya adalah sebagai berikut.

Panel pertama

Panel pertama.
Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan merupakan yang termuda dari para Pandawa Lima. Kedua-duanya adalah putra Prabu Pandu dari Dewi Madrim, istrinya yang kedua. Madrim meninggal dunia ketika Nakula dan Sadewa masih kecil dan keduanya diasuh oleh Dewi Kunti, istri utama Pandu. Dewi Kunti lalu mengasuh mereka bersama ketiga anaknya dari Pandu: Yudhistira, Bima dan Arjuna. Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan diikuti oleh seorang punakawan atau pengiring. Berhadapan dengan Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai seorang punakawan.

Panel kedua

Panel kedua.
Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan Kalañjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalañjaya adalah jelmaan bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga harus terlahir sebagai para raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga. Di belakangnya terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud hantu yang melayang-layang dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor burung hantu. Lukisan mengerikan ini kelihatannya ini merupakan lukisan di hutan Setra Gandamayu (Gandamayit) tempat pembuangan para dewa yang diusir dari sorga karena pelanggaran.

Panel ketiga

Panel ketiga.
Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama punakawannya, Semar berhadapan dengan pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa di pertapaan Prangalas. Sadewa akan menyembuhkannya dari kebutaannya.

Panel keempat

Panel keempat.
Adegan di sebuah taman indah memperlihatkan sang Sadewa sedang bercengkerama dengan Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa serta seorang punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.



Panel kelima

Adegan panel kelima.
Panel ini menggambarkan adegan adu kekuatan antara Bima dan kedua raksasa Kalantaka dan Kalañjaya. Relief hanya menunjukkan salah satu dari kedua raksasa. Bima dengan kekuatannya yang luar biasa sedang mengangkat raksasa tersebut untuk dibunuh dengan kuku pañcanakanya. Inskripsi bertulisan aksara Kawi berbahasa Jawa Kuna, berbunyi padamel rikang buku[r] tirta sunya, yang merupakan sengkalan berarti 1361 Saka (1439 M).

Patung-patung sang Garuda















Prasasti Sukuh








lingga yoni






rahim



garuda





Prasasti sukuh.
Lalu pada bagian kanan terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah inskripsi (tatahan tulisan) berbunyi lawase rajeg wesi duk pinerp kapeteg dene wong medang ki hempu rama karubuh alabuh geni harbut bumi kacaritane babajang mara mari setra hanang tang bango menurut bacaan Darmosoetopo (1984). Pada intinya inskripsi ini merupakan suryasengkala yang melambangkan tahun 1363 Saka (1441 M)[1].

Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian amerta tersebut di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bentuk kura-kura ini menyerupai meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari tirta amerta.

Lihat kisah Pemutaran Laut Mencari Amerta
Beberapa bangunan dan patung lainnya
Selain candi utama dan patung-patung kura-kura, garuda serta relief-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana gajah.

Lalu ada pula bangunan berelief tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kiri dan kanan yang berhadapan satu sama lain. Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Namun hal ini belum begitu jelas.




Mari kita lirik keindahan dan keluasan alam makrokosmos di dalam diri kita,mencebur dan kemudian hidup abadi di dalam genggaman-Nya.tata kembali kosmos dalam diri ini. Perubahan sekecil apapun di hati/rasa/qalbu…,owah gingsirnya batin kita hakikatnya adalah perubahan yang sangat besar karena perubahan itu terjadi di... arasy makromosmos. 

  Jika ruang sunyi di hatimu terganggu oleh buar dan suara-suara nafsu,masuklah ke dalam bilih ruhmu, karena dalam bilik ruhmu ada hamparanagung Sirrmu, dimana sunyimu menjadi sirnamu kepadaNya, bahkan tak kausadari kau panggil-panggil namaNya, karena kau telah berdiri di depan GerbangNya

 Kekosongan atau kehampaan yang diusahakan adalah wujud dariKesombongan,kekosongan dan kehampaan hanya bisa diraih dengan tumungkuling rasa, andap asoring manah,kesadaran diri bahwa kita ini bukan apa-apa dan bukan Siapa-siapa dihadirat Gusti kang murbeng Dumadi dan kesadaran diri marang sakpodo padaning tumitah tumrap-ing urip bebrayan.

  Tiap saat kita mampu menempatkan diri dihadirat Gusti dalam perbandingan yang wajar bahwa manusia itu memang bukan apa apa dan Gusti adalah Segalanya..daya kodrat manusia tidak mampu untuk memberikan kesadaran yang demikian,selain manusia dapat kurnia yang bisa mengatasi kelekatan manusia pada rasa keakuan-nya,karena itu sifat rendah diri tersebut disebut sifat rendah diri manusia yang dibangkitkan oleh rahmat..kalau kita memang percaya kalau suwung itu amengku ana,maka sudah selayaknya-lah kalau kita dalam kehidupan sehari-hari menyadari kebukan apa apa-an kita..
Gusti itu Baru Kang-Murbeng Dumadi ,bila diperlakukan sebagai Gusti ,oleh dumadi.

OLAH KEPRIBADIAN AGUNG PAMBUDI PANJI ASMARA 72 ,KEDIRI  


DI MASA LALU WILAYAH CANDI SUKUH KARANG ANYAR INI JUGA MERUPAKAN WILAYAH KERAJAAN KEDIRI LHO...NDAK PERCAYA LIHAT PETA KERAJAAN KEDIRI DI BAWAH INI.


CANDI SUKUH MENURUT PENDAPATKU 
Rahayu sagung Dumadi.Candi sukuh Dilihat Dari Bentuk Dan Filosofinya Sangat Berbeda Dengan Candi Candi Lain Di Nusantara,. Candi Sukuh berkonsep SANGKAN PARANING DUMADI .Yang Berarti Dari Mana Asal Usul manusia.,untuk apa hidup didunia ini,dan akan kemana Kembalinya Setelah semua inI .ini adalah Candi JAWA (Dalam Arti KAWERUH JAWADWIPA ASLI YAITU ASAL USUL ORANG JAWA YANG BERASAL DARI KAUM JAWA-TA ,LELUHUR ORANG JAWA ADALAH SANG HYANG ADHAMA/SANG HYANG JANMA WALIJAYA,Orang Arab Dan Timur Tengah Meyebutnya Dengan Sebutan NABI ADAM AS ).Sungguh pantas Ahli Purbakala Mengira CANDI ini Berusia 10.000 th...yang dilestarikan hingga zaman MAJAPAHIT,ABAD 14 M.MAKA SETELAH DIZAMAN MAJAPAHIT KONSEP CANDI SUKUH SUDAH BERUBAH KARNA PENGARUH AGAMA TERTENTU.YANG AWALNYA BERKONSEP KAWERUH JAWA ASLI DAN PADA AHIRNYA BERUBAH KONSEP.
GUNUNG LAWU (PUNCAK argodumilah adalah KAHYANGAN PERTAMA YANG DIBANGUN OLEH BATARA GURU/SRI MAHA RAJA MAHADEWA BUDA.YANG KEMUDIAN KAHYANGAN TERSEBUT MENJADI SUATU KERAJAAN YANG PERTAMA DI BUMI NUSANTARA YANG BERNAMA MEDHANG KAMULAN ,MEDHANG KAMULAN ADALAH KELANJUTAN DARI KERAJAAN KUSNIA MALEBARI YAITU KERAJAAN NABI ADAM AS (SANG HYANG JANMA WALIJAYA/SANG HYANG ADAMA. .BATARA GURU ADALAH GENERASI KE 7 NABI ADAM.Sedangkan di wilayah kaki GUNUNG LAWU INI BANYAK DITEMUKAN FOSIL MANUSIA PURBA YANG BERUSIA 2 JUTA TH..LIHAT DI MUSEUM TRINIL ,KALO CANDI SUKUH BERUSIA 10 RIBU TAHUN KEDENGARAN-NYA MEMANG TUA...TAPI KALO LIHAT SEJARAH KERAJAAN MEDANG KAMULAN DARI KITAB PUSTAKA RAJA PURWA ,WOW PERADABAN GUNUNG LAWU ATAU GUNUNG MAHENDRA INI SANGAT TUA. LHO HEHEHE.






Sabtu, 27 Juni 2015

CANDI BUBRAH

Bangunan Candi Bubrah

Candi Bubrah terletak di dalam kawasan Taman Wisata Candi Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sedikit sekali informasi yang diperoleh mengenai candi. Saat ini Candi Bubrah tinggal berupa batur (kaki candi), itu pun telah rusak. Onggokan batu bekas dinding candi digeletakkan di dekat bangunan candi. Nama ‘Bubrah’ dalam bahasa Jawa berarti hancur berantakan. Mungkin candi ini dinamakan Bubrah karena ketika ditemukan kondisinya memang sudah dalam keadaan (bubrah).

Meskipun demikian, candi ini masih dapat dikenali sebagai candi Buddha. Ukuran candi relatif kecil dengan denah dasar persegi panjang. Tinggi batur (kaki) candi sekitar dua meter. Sepanjang pelipit atas dihiasi dengan pahatan berpola simetris. Tidak terlihat adanya sisa-sisa relief pada dinding kaki candi. Tangga naik ke selasar di permukaan batur terletak di sebelah timur.


Karena berlokasi dekat Candi Sewu, yang juga berciri Buddha, maka diperkirakan Candi Bubrah dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini menghadap ke timur dan mempunyai ukuran 12 m x 12 m terbuat dari batu andesit. Saat pertama kali ditemukan masih terdapat beberapa arca Buddha, walaupun tidak utuh lagi. Beberapa arca Buddha yang terpenggal kepalanya, mungkin ulah tangan-tangan usil manusia, terletak di halaman candi.

Arca yang sudah terpenggal kepalanya (sumber foto: tarabuwana.blogspot.com)

Candi ini belum ditangani serius oleh pemerintah karena banyak bagian candi hilang sejak lama. Jangan heran kalau banyak wisatawan enggan mendatangi candi ini. Mungkin karena informasinya minim, hanya papan nama yang terdapat di sana.

Candi Bubrah adalah candi yang paling hancur dibandingkan candi-candi lain di kompleks taman wisata. ”Jujur saja, candi ini adalah candi yang paling tidak menarik di antara kompleks Candi Prambanan, lantaran hampir tidak ada yang bisa dilihat selain hancuran fisiknya saja,” ujar seorang pengunjung lokal. Mungkin candi ini hancur oleh gempa bumi besar abad ke-10 dan ke-16. Gempa bumi 27 Mei 2006 turut menyumbang kerusakan pada fisik candi ini. (Djulianto Susantio/dari berbagai sumber)https://hurahura.wordpress.com/2011/02/20/candi-bubrah/

CANDI ANGIN

Candi Angin 



CANDI ANGIN ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Candi Angin terdapat di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Candi Angin menyimpan teka-teki yang belum terpecahkan, siapa pendirinya dan pada zaman kapan.


Pendiri
Adanya Candi Angin dan Candi Bubrah karena Resi Wigoyotoso datang ke Desa Tempur lalu membuat candi, candinya ini terbentuk sendiri jadi batunya datang sendiri dan membentuk sendiri menjadi sebuah candi.

Etimologi
Bagi para ahli spiritual saat datang di candi angin bisa melihat ada sebuah pusaran angin di lubang Candi Angin sehingga dinamakan candi angin.

LokasiLegenda Candi angin berkembang di Dukuh Duplak, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara.

Sejarah
Menurut para penelitian Candi Angin lebih tua dari pada Candi Borobudur, Candi Angin di sinyalir adalah peninggalan Kerajaan Kalingga. Bahkan ada yang beranggapan kalau candi ini buatan manusia purba di karenakan tidak terdapat ornamen-ornamen Hindu-Budha.

PRASASTI TUK MAS

PRASASTI TUK MAS


Prasasti Tuk Mas (harafiah berarti "mata air emas") adalah sebuah prasasti yang dipahatkan pada batu alam besar yang berdiri di dekat suatu mata air, yang ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang. Prasasti Tuk Mas dipahat dengan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta.Bentuk aksaranya lebih muda daripada aksara masa Purnawarman, dan diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-6 hingga abad ke-7 M.

Aksara prasasti ini sudah banyak yang rusak. Namun bagian yang masih dapat dibaca antara lain menyebutkan adanya sebuah sungai yang mengalir bagaikan Sungai Gangga di India. Pada prasasti ini terdapat pula lukisan alat-alat, seperti trisula, kendi, kapak, sangkha, cakra, dan bunga tunjung.

Teks prasasti
Berikut alih aksara teks prasasti menurut Drs. Boechari:

kwacit parwwatasānujātā
kwacic chilawaluka nirggateyam
kwacit prakirņna śubhasitatoya sam-
prasutam — .. — waganga


KERAJAAN KALINGGA ABAD 6-7 MASEHI

Kalingga 
KALINGGA atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.
Peta kerajaan Kalingga Menurut Sejarah saat ini 

Pengaruh kerajaan kalingga sampai daerah selatan Jawa Tengah, terbukti diketemukannya prasasti Upit/Yupit yang diperkirakan pada abad 6-7 M. Disebutkan dalam prasasti tersebut pada wilayah Upit merupakan daerah perdikan yang dianugerahkan oleh Ratu Shima. Daerah perdikan Upit sekarang menjadi Ngupit. Kampung Ngupit adalah kampung yang berada di Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Prasasti Upit/Yupit sekarang disimpan di kantor purbakala Jateng di Prambanan.

Kisah lokal
Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati kepada putranya. Dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.

Carita Parahyangan
Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.. Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).

Setelah Maharani Shima meninggal pada tahun 732 M, Ratu Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.

Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.

Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.

Fakta
Di Puncak Rahtawu (Gunung Muria) dekat dengan Kecamatan Keling di sana terdapat empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu. Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan bagaimana mengangkut arca tersebut ke puncak itu mengingat medan yang begitu berat. Pada tahun 1990, di seputar puncak tersebut, Prof Gunadi dan empat orang tenaga stafnya dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta (kini Balai Arkeologi Yogyakarta) menemukan Prasasti Rahtawun. Selain empat arca, di kawasan itu ada pula enam tempat pemujaan yang letaknya tersebar dari arah bawah hingga menjelang puncak. Masing-masing diberi nama (pewayangan) Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto, dan Kamunoyoso.

Pengaruh Islam
Ada beberapa hal penting yang bertautan positif antara Kerajaan Kalingga yang bercorakkan Hindu Siwais dengan dunia Peradaban Islam, yaitu dalam sejarah[Islam pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M Khalifah Utsman bin Affan pernah mengirimkan utusanya ke Daratan Cina dengan misi mengenalkan Islam, waktu itu hanya berselang 20 tahun dari wafanya Rasulullah SAW dan utusan tersebut sebelum sampai tujuan bersinggah dulu di Nusantara. Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (644-657 M) juga pernah mengutus delegasinya bernama Muawiyah bin Abu Sufyan pernah mengirimkan utusanya ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Shima, putra Ratu Shima dari Kalingga, masuk Islam, kemudian kalangan bangsawan Jawa yang memeluk Islam adalah Rakeyan Sancang seorang Pangeran dari Tarumanegara, Rakeyan Sancang hidup pada kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (656-661) . Rakeyan Sancang diceritakan, pernah turut serta membantu Imam Ali dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta ikut membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M). Kemudian yang tercatat dalam sejarah raja Sriwijaya yang masuk Islam adalah Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton meletus dimana banyak imigran muslim Cina masuk ke wilayah Sriwijaya yang terjadi pada Islam masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).

Berita Cina
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang dan catatan I-Tsing.

Catatan dari zaman Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang keterangan Ho-ling sebagai berikut.

Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.
Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa
Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.
Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram.

Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa. Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.

Peninggalan
Peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah:

Candi
Candi Angin

Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Candi Angin terdapat di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Candi Angin menyimpan teka-teki yang belum terpecahkan, siapa pendirinya dan pada zaman kapan.


Pendiri
Adanya Candi Angin dan Candi Bubrah karena Resi Wigoyotoso datang ke Desa Tempur lalu membuat candi, candinya ini terbentuk sendiri jadi batunya datang sendiri dan membentuk sendiri menjadi sebuah candi.

Etimologi
Bagi para ahli spiritual saat datang di candi angin bisa melihat ada sebuah pusaran angin di lubang Candi Angin sehingga dinamakan candi angin.

LokasiLegenda Candi angin berkembang di Dukuh Duplak, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara.

Sejarah
Menurut para penelitian Candi Angin lebih tua dari pada Candi Borobudur, Candi Angin di sinyalir adalah peninggalan Kerajaan Kalingga. Bahkan ada yang beranggapan kalau candi ini buatan manusia purba di karenakan tidak terdapat ornamen-ornamen Hindu-Budha.

CANDI BUBRAH

Candi Bubrah
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Prasasti
Prasasti Tukmas

Prasasti Tuk Mas (harafiah berarti "mata air emas") adalah sebuah prasasti yang dipahatkan pada batu alam besar yang berdiri di dekat suatu mata air, yang ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang.Prasasti Tuk Mas dipahat dengan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta. Bentuk aksaranya lebih muda daripada aksara masa Purnawarman, dan diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-6 hingga abad ke-7 M.

Aksara prasasti ini sudah banyak yang rusak. Namun bagian yang masih dapat dibaca antara lain menyebutkan adanya sebuah sungai yang mengalir bagaikan Sungai Gangga di India.Pada prasasti ini terdapat pula lukisan alat-alat, seperti trisula, kendi, kapak, sangkha, cakra, dan bunga tunjung.

Teks prasasti
Berikut alih aksara teks prasasti menurut Drs. Boechari:

kwacit parwwatasānujātā
kwacic chilawaluka nirggateyam
kwacit prakirņna śubhasitatoya sam-
prasutam — .. — waganga
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.

Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.

Prasasti Upit (disimpan di Kantor/Dinas Purbakala Jateng di Prambanan Klaten)
Kampung Ngupit merupakan daerah perdikan, yang dianugerahkan oleh Ratu Shima. Ngupit terletak di Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Prasasti tersebut semula dijadikan alas/bancik padasan tempat untuk wudlu' di Masjid Sogaten, Desa Ngawen. Dan sejak tahun 1992 sudah disimpan di Kantor Purbakala Jawa tengah di Prambanan.

KEMUNGKINAN LAIN TENTANG KERAJAAN KALINGGA LIHAT PETA WILAYAH KERAJAAN KEDIRI YANG MENCAKUP SELURUH WILAYAH JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR 

BERITA LAIN TENTANG KERAJAAN KALINGGA.
BHUMI KEDIRI BHUMI Yang  Dipilih  Para  AVATARA WISNU Yang  Menitis  Kedunia Dari  Zaman Ke zaman ,Inilah mengapa  KEDIRI Dipilih  Menjadi IBU KOTA Kerajaan  Oleh Semua Titisan BATARA WISNU,,Lihat Sejarahnya .Abad Ke V KADHIRI Atau KEDIRI Adalah IBUKOTA Kerajaan KELING (KALINGGA) YANG ADA DI JAWA.Lokasinya Di KELING KEPUNG KEDIRI DI KAKI GUNUNG KELUD (SEKARANG ADALAH WILAYAH JAWA TIMUR ,dizaman dahulu wilayah Kediri itu luas meliputi seluruh wilayah Kerajaan Jenggala dan panjalu yaitu meliputi jawa tengah dan jawa timur .Kediri juga merupakan Ibukota KEMAHA RAJAAN HASTINAPURA Sejak zaman Purwa yang wilayahnya meliputi seluruh Nusantara bahkan asia tenggara yang kemudian berganti nama menjadi YAWASTINA Diera Prabu Yudayana Putra Parikesit,Kemudian YAWASTINA Yang dahulu adalah kraton HASTINAPURA Dikutuk oleh PRABU SRI AJI JAYABAYA Tenggelam oleh banjir lumpur dimasa pemerintahan ASTRADARMA (Menantu Jaya baya Raja Widarba mamenang Kediri),Kediri juga merupakan Ibukota Kerajaan WIDARBA yang beribukota di MAMENANG KEDIRI,di masa Pemerinahan Prabu Gendrayana yang dahulu Pernah menjadi raja Yawastina yang direbut oleh adik kandungnya yaitu Sudarsana),

di abad ke V -VI Masehi  Tercatat Raja Yang Berkuasa di KEDIRI Adalah :

1.PRABU WASUMURTI  594 M- 605 M,Memerintah KERAJAAN KELING /KALINGGA DI KELING KEPUNG KEDIRI Selama 11 Tahun.SEDANGKAN KERAJAAN KALINGGA DI INDIA DIPERINTAH OLEH RAJA BHANU NARASHIMA Selama 39 Th (580 M-619).RAJA BHANU NARASHIMA BERBESAN DENGAN PRABU WASUMURTI,YAITU PERKAWINAN ANTARA RAJA SANTANU (KIRATHA SINGHA) PUTRA PRABU BHANU NARASHIMA RAJA KALINGGA DI INDIA,.DENGAN DEWI WASUNDARI PUTRI PRABU WASUMURTI RAJA KELING/KALINGGA DI DAHA KEDIRI(KELING KEPUNG KEDIRI),

2.PRABU WASUGENI RAJA KELING/KALINGGA DI DAHA KEDIRI(KELING KEPUNG KEDIRI),605 M-632 M,Memerintah Selama 27 th,Beristri Dewi Paramitha Dari Kerajaan PALAWA Di INDIA.Dan Berputra PRABU WASUDEWA,

3.PRABU WASUDEWA  RAJA KELING/KALINGGA DI DAHA KEDIRI(KELING KEPUNG KEDIRI),632 M-652 M,Memerintah Selama 20 Tahun,

4.PRABU WASUKAWI RAJA KELING/KALINGGA DI DAHA KEDIRI(KELING KEPUNG KEDIRI),652 M,

5.PRABU KIRATHA SINGHA (Putra  RAJA BHANU NARASHIMA RAJA KALINGGA DI INDIA)Yang  Beristrikan DEWI WASUWARI PUTRI RAJA WASUMURTI DARI KERAJAAN KELING/KALINGGA DI (KELING KEPUNG KEDIRI),Berpindah Dari KERAJAAN KALINGGA DI INDIA,Karena  Ia Telah Di Angkat Menjadi  RAJA KALINGGA DI INDIA Menggantikan Ayahnya Yaitu RAJA BHANU NARASHIMA ,Ia Berkuasa Di INDIA Selama 13 TH Di INDIA Dari TH 619M-632 M,Kemudian  Ia pindah  KE JAWA Menjadi  RAJA DI JAWA Yaitu Di  KERAJAAN KELING/KALINGGA DI (KELING KEPUNG KEDIRI),Berkuasa Selama 16 Tahun 632 M-648 M,

6.PRABU KARTIKEYA SINGHA /SANG MOKTENG MAHAMERWACALA Kemudian  Menjadi Raja di KERAJAAN KELING /KALINGGA DI DAHA KEDIRI Memerintah Selama 26 TAHUN Yaitu dari  TH 648 M-674 M,Ia Juga  Merupakan  Keponakan Dari Raja Pendeta PENDIRI KERAJAAN SRIWIJAYA Yaitu  DAPUNTA HYANG yang Mendirikan KERAJAAN SRIWIJAYA TH 669 M-692 M,DAPUNTA HYANG Menikah Dengan PUTRI SOBAKANCANA PUTRI PRABU LINGGAWARMAN RAJA TARUMANAGARA Terahir Yang Berkuasa TH 666 M-669 M.DAPUNTA HYANG Yang kelak menurunkan DARMAPUTRA RAJA SRIWIJAYA.yang Berkuasa TAHUN 692 M-704 M.DAPUNTA HYANG PENDIRI KERAJAAN SRI WIJAYA JUGA PERNAH MELAMAR MAHARANI SIMA (JANDA RAJA KARTIKEYA SINGHA RAJA KALINGGA DI KELING KEPUNG KEDIRI).TAPI LAMARAN ITU DI TOLAK HINGGA HAMPIR MENIMBULKAN PEPERANGAN ANTARA SRI WIJAYA DAN KALINGGA,NAMUN DI LERAI OLEH SAUDARA DAPUNTA HYANG Yaitu TARUSBAWA (RAJA SUNDA KE I TH 669-723 M)PENDIRI KERAJAAN SUNDA YANG JUGA MENANTU PRABU LINGGAWARMAN RAJA TARUMANAGARA TERAHIR,DAN AHIRNYA PEPERANGANPUN DAPAT DI HINDARI.(inilah sebenarnya Kerajaan SRIWIJAYA Belum Pernah Menaklukkan KERAJAAN KALINGGA Sejak kalingga beribukota di kediri hingga ibu kota dipindah ke Jepara oleh Maharani sima). ,KARTIKEYA SINGHA /SANG MOKTENG MAHAMERWACALA (SAYAILENDRA )Mempunyai Dua Orang Istri yang Pertama Adalah DEWANILOKA PUTRI DARI KERAJAAN KALINGGA DI INDIA,YANG KEMUDIAN BERPUTRA BHUSWARA YANG MENJADI RAJA KALINGGA DI INDIA TAHUN 632 M-658 M).Istri kedua yaitu MAHARANI SIMA CUCU PRABU WASUGENI RAJA KALINGGA KE DUA DI KELING KEPUNG KEDIRI.DARI MAHARANI SIMA LAHIRLAH DUA ORANG ANAK YAITU RANI DEWI PARWATI (YANG MENURUNKAN DINASTI SANJAYA)DAN RAKRYAN NARAYANA(YANG MENURUNKAN RAJA RAJA KANJURUHAN DEWA SINGHA,DAN GAJAYANA.) 


Kemudian Pada Masa Pemerintahan MAHARANI SHIMA 674 M-695 M ,Pusat Kerajaan KALINGGA Di Pindah ke Sekitar Jepara  Pasca Kematian Raja Kartikeya Singha Suami MAHARANI SHIMA,,Kemudian KERAJAAN KALINGGA DI Bagi Dua ,Yaitu 

1.KALINGGA UTARA (BHUMI MATARAM/MEDHANG) DI Berikan Kepada RANI DEWI PARWATI (Putri ke satu)Yang Kelak Menikah Dengan MANDIMINYAK (RAJA GALUH KE II PUTRA RAJA WRETI KANDAYUN RAJA GALUH KE I),Dan Dari Perkawinannya ini Kelak Menurunkan Sanaha Yang Menikah Dengan Bratasenawa saudara satu ayah lain ibu yang ahirnya melahirkan Rakryan Jamri aliasa sanjaya (DINASTI SANJAYA ).Dan 

2.KALINGGA SELATAN (BHUMI SAMBHARA/KELING) Yang DiBerikan Kepada Adik Laki Laki RANI DEWI PARWATI Yaitu RAKRYAN NARAYANA Yang Kelak Menurunkan Raja Raja Kanjuruhan Yaitu DEWA SHINGA Yang Menurunkan GAJAYANA,

Jadi Dimanakah Kerajaan KELING KALINGGA Yang sebenarnya. JEPARA ATAU KELING KEPUNG KEDIRI?  Anda sudah tau jawabannya.