Senin, 07 Oktober 2013

MUSEUM AIRLANGGA KEDIRI

MUSEUM AIRLANGGA KEDIRI





Hm, Museum Airlangga berada di Desa Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kotamadya Kediri, Jawa Timur dan masih satu komplek dengan areal wisata Gua Selomangleng, Waterpark dan bersebelahan dengan Pura Penataran Agung Kilisuci.

Menuju ke Museum Airlangga

Karena letaknya berada di areal wisata andalan Kota Kediri, untuk menuju ke Museum Airlangga cukuplah mudah.

  >  Dari Terminal Kediri, bisa naik angkot A atau yang bertuliskan Selomangleng, biaya Rp 2.500,- Harap dicatat bahwa jam operasional angkot ini hanya
sampai sekitar jam setengah empat sore.

  >  Bagi yang naik bis dari arah Surabaya maupun Nganjuk bias turun di perempatan Sukorame. Selanjutnya bisa naik becak maupun ojek atau berjalan kaki sejauh satu setengah kilometer, itung – itung sambil olahraga.

  >  Jika berkendara sendiri, arahkan kendaraan menuju ke Terminal Tamanan Kota Kediri (Jika sempat silahkan mampir dan mencoba Soto Kediri Bok Ijo yang terkenal itu). Dari pertigaan terminal, belok ke kanan atau ke utara. Terus saja hingga bertemu lampu lalu lintas. Belok kiri dan terus hingga ujung jalan.

Pada awalnya, Museum Airlangga berada di areal Pemandian Tirtoyoso (Kuwak) Kota Kediri yang berada di Jl. A.Yani dan bersebelahan dengan Stadion Brawijaya. Bangunan awal museum pada zaman Belanda sangat unik dengan gapuranya yang berhias kalamakara. Namun, seiring berjalannya tahun, kondisi museum benar – benar menyedihkan dan sangat rawan pencurian, hingga pada akhirnya ada tukar guling lahan antara Gudang Garam dengan Pemkot Kediri di areal Gunung Maskumambang, letak museum yang sekarang ini berdiri. Bangunan museum yang lamapun berubah menjadi kafe dan sekarang dihancurkan untuk perluasan dan perbaikan Pemandian Tirtoyoso.

Pada tahun 1992, pembangunan Museum Airlanggapun telah selesai. Museum Airlangga sendiri mengambil nama dari Raja Airlangga, Pendiri Kerjaaan Kahuripan dan ayah dari Dewi Kilisuci yang erat hubungannya dengan legenda maupun sejarah Gua Selomangleng. Untuk mengungukuhkan kesan Airlangga ini, di depan museum dipajang Arca Garuda Menunggangi Wisnu yang tentu saja merupakan replika dan arca yang aslinya sekarang berada di PIM (Pusat Informasi Majapahit) serta aslinya berasal dari Candi Belahan.

Koleksi Museum Airlangga

Untuk masuk ke Museum benar – benar murah meriah ! Untuk orang dewasa, hanya perlu membayar Rp 1.000,- sedangkan anak – anak Rp 500,- Museum Airlangga sendiri hanya terdiri dari satu ruangan besar. Koleksi Museum Airlangga sendiri lumayan banyak, ada arca, jaladwara, fragmen relief, kalamakara, prasasti, bata kuno, guci kuno, tembikar, yoni, jambang batu, makara, batu berangka tahun.

Sayangnya, walaupun memiliki banyak benda koleksi cagar budaya, kebanyakan dan hampir semua koleksinya minim informasi serta sangat kurang dalam penjelasan tempat diketemukannya benda – benda cagar budaya tersebut dan hanya sebatas keterangan definisi benda koleksi tersebut. Yang ada tulisan asal muasalnya hanyalah fragmen batu candi berupa hiasan suluran tanaman yang berasal dari Dusun Kedaton, Desa Lirboyo dan bata kuno yang diketemukan di Dusun Botolengket, Desa Bujel. Juga, banyak prasasti dan batu berangka tahun yang tidak ada penjelasannya tentang isi prasasti maupun tahun yang terukir pada batu angka tahun tersebut.







 Benda Koleksi Museum Airlangga

Diantara koleksi Museum Airlangga, ada beberapa koleksi yang menurutku unik, diantaranya jaladwara dengan hiasan seorang wanita pada sisi depannya, jambangan batu super besar dengan ragam hiasan suluran tanaman ditambah huruf pallawa pada salah satu sisinya, serta hiasan candi dari Desa Kedaton yang --- walau sedikit --- memiliki guratan yang menawan, terutama terbuat dari batu kapur padat, padahal daerah penemuannya jauh dari tempat penghasil batu kapur dan candi dari batu kapur sangat langka sekali !!

Masih belum cukup, ada juga arca Siwa dengan ukuran besar yang langsung menjadi pusat perhatian saat berada pada museum. Sayangnya, arca ini rusak pada beberapa tempat hingga harus disemen, duh !

Kalamakara Model Jawa Tengahan
Hal menarik lainnya adalah kalamakara yang biasa menghiasi ambang pintu candi. Museum Airlangga memiliki beberapa koleksi kalamakara dan beberapa diantaranya tidak memiliki rahang bawah. Kalamakara tanpa rahang bawah merupakan ciri khas kalamakara yang ada di Jawa Tengah. Prof Soekmono menjelaskan bahwa candi – candi peninggalan Kerajaan Kadiri memiliki ciri unik yang merupakan perpaduan antara candi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Candi – candi masa Kadiri ini bisa ditemukan pada Candi Gurah, Candi Tondowongso, Candi atau Pertirtaan Kepung dan yang terbaru, Situs Sumber Cangkring.

Selain itu, masih ada dwarapala dalam ukuran besar yang berada di luar bangunanmuseum. Berbeda dengan dwarapala lainnya yang selalu dipahat dalam posisi salah satu kaki bersimpuh dan memanggul gada pada salah satu bahunya, dwarapala ini dipahatkan dalam posisi berdiri dan gadanya diletakkan dibawah (posisi gada di bawah juga bisa dilihat pada dwarapala Singosari).

Koleksi Museum Yang Berada Di Luar Bangunan Museum

Selain di dalam gedung, beberapa arca, yoni dan jambangan batu di letakkan di taman di luar gedung. Peletakkan disini kurang tepat karena membuat benda – benda tersebut rawan dicuri serta berlumut disana – sini saat musim hujan tiba.

Senin Tetap Buka

            Jika kebanyakan museum libur pada hari Senin, hal itu tidak berlaku pada Museum Airlangga. Pada awalnya, memang hari Senin museum libur, tapi mengingat ramainya kunjungan ke Selomangleng pada hari Minggunya dan banyaknya sampah pengunjung yang bertumpuk pada Senin harinya, maka diputuskanlah untuk tetap membuka museum pada hari Senin serta untuk bersih – bersih area sekitar museum. Sebagai gantinya, museum tutup pada hari Jum’at. Museum Airlangga sendiri buka pada pukul delapan pagi hingga pukul dua siang.

            Walau memiliki banyak benda cagar budaya yang penting, namun hal itu berbanding terbalik dengan kondisi museum. Museum Airlangga yang dijaga dua orang, mbak Yuni dan Mas Andi ini kondisinya sangat menyedihkan. Bagian langit – langit museum rusak dan jebol disana – sini serta bocor pada musim penghujan.

Museum Airlangga

Walau menyandang gelar sebagai Museum teramai Kedua di Jawa Timur, kenyataannya Museum Airlangga benar – benar sepi dan hanya ramai pada hari – hari libur saja, terutama hari Minggu. Saking sepinya, banyak orang yang ingin masuk jadi ragu untuk masuk. Selain sepi, Museum Airlangga juga kurang promosi, bahkan pamflet atau selebarannyapun tidak ada. Saya sendiri sempat minta ke kantornya dan setelah dapat ternyata selebaran tersebut merupakan selebaran tahun 2007 yang masih sisa banyak !! --- Kok ya ga dibagi – bagi ke pengunjung museum dan kapan mencetak yang baru untuk menggantikan selebaran yang terlihat ala kadarnya ini ?

Juga mendapat informasi dari Mr. Olivier Johannes yang memiliki koleksi Kartoe Pos Lama yang luar biasa. Menurut catatan sejarah kolonial, pada zaman sekitar tahun 1900, pendiri Museum Airlangga mengumpulkan arca-arca dari berbagai lokasi, banyak yang sebelumnya berfungsi sebagai hiasan halaman petinggi pribumi.

Pencurian Koleksi Museum

            Menurut berita dari internet, katanya beberapa koleksi Museum Airlangga telah dipalsu, sedangkan benda yang asli telah dijual kepada kolektor. Hal ini bercermin pada kasus yang menimpa Museum Radya Pustaka Solo yang banyak benda koleksinya dipalsu dan yang asli dijual, serta melihat betapa minimnya penjagaan di Museum, terutama pada malam hari.

Pihak Disbudparpora pemkot Kediripun menepis anggapan tersebut karena berdasarkan inventarisasi terbaru mereka, semua benda koleksi museum masih utuh dan tak hilang satupun. Karena belum adanya penelitian lanjutan, sepertinya banyak masyarakat yang tak akan tahu mana yang benar diantara dua pernyataan ini. Saya sendiri lebih berharap bahwa berita ini tidak benar karena akan sangat sayang sekali jika benda museum dijual ke para kolektor. Juga, adanya berita bahwa Pemerintah Pusat berniat mengucurkan anggaran sebesar Rp 1,8 milliar untuk memugar Museum Airlangga mengingat keadaan museum yang menyedihkan dan museum tak pernah dipugar sejak dibangun.

Kartu Pos Lama koleksi Mr. Olivier Johannes (terima kasih karena sudah mau meminjamkannya ^^b)

Courtesy Tropen Museum --- Museum Tirtoyoso (Kuwak) Cikal Bakal Museum Airlangga

Semoga setelah museum dipugar dan melakukan promosi yang gencar, pamor Museum Airlangga akan terangkat kembali dan museum kembali ramai demi menyukseskan program Tahun Kunjungan Museum.

Museum, tempat yang menyenangkan dimana pengetahuan berbaur dengan rekreasi. Jadi, sudahkah kalian siap ke museum 

2 komentar: