Jumat, 12 April 2013

singo menggolo



"Magersari" Akar Kebudayaan Islam di Desa Baluk Kec. Karangrejo Kab. Magetan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
    Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia.
    Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.
    Salah satu akar pendidikan yaitu kebudayaan setempat. Untuk itu penulis mengadakan studi tentang budaya yang ada di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan dengan menelusuri sebuah dusun kecil dan unik yaitu dusun serut tetapi dikenal dengan magersari.

B.    Rumusan Masalah
    Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana keterkaitan kebudayaan terhadap pendidikan pada tradisi yang ada di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan?

C.    Tujuan
    Untuk mengetahui keterkaitan kebudayaan terhadap pendidikan pada tradisi yang ada di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Budaya Magersari
1.    Pengenalan Lokasi
Magersari adalah sebuah dusun yang ada di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan. Magersari merupakan sebuah tempat dimana menjadi pusat terbentuknya tradisi yang ada di Desa Baluk. Banyak tradisi yang tercipta di sana yang masih berkembang sampai zaman sekarang ini.
Desa Baluk sendiri adalah desa perbatasan terletak di perbatasan Ngawi Magetan yang berada dekat di jalur utama Ngawi-Magetan. Adapun perbatasan wilayahnya adalah sebagai berikut :
•    Utara : sungai Keras Wetan
•    Selatan : Desa Maron
•    Barat : Desa Keras Kulon
•    Timur : Jalan Raya Ngawi-Magetan
Desa Baluk adalah desa terpencil akan tetapi berkembang dengan pesat. Itu terbukti dengan adanya sekolah-sekolah seperti MIN, MTsN, MA dan Perguruan Tinggi. Berkembangnya daerah ini tak lain karena pengaruh tradisi dan budaya yang ada di daerah setempat yang etrus dikembangkan oleh masyarakat.
Desa Baluk juga terkenal dengan sebutan desa agamis yang sampai saat ini masih melekat di desa tersebut. Sebutan itu diberikan karena di Desa baluk sendiri banyak sekolah-sekolah Islam yang berdiri, selain itu banyak mushola ataupun masjid yang masih menjaga eksistensinya yaitu dengan masih ada pengajaran-pengajaran tentang islam.
2.    Asal Usul Magersari
    Magersari adalah salah satu dusun yang ada di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan. Walaupun hanya dusun kecil tetapi dari sinilah muncul budaya-budaya yang tumbuh dan berkembang di desa setempat hingga era modern kini.
    Magersari merupakan tanah perdikan. Tanah perdikan adalah tanah yang pada masa dahulu yang diberikan tanpa pungutan pajak tanah bagi pemiliknya. Tanah perdikan magersari itu sendiri dulunya adalah milik Singo Menggolo atau terkenal dengan nama Damar Wulan. Singo menggolo adalah pendiri atau pelopor berdirinya Desa Baluk.
    Singo Menggolo membuka sebuah sayembara untuk dinikahkan dengan seorang putri keturunannya. Selain itu siapa yang menjadi menantunya akan diberikan tanah perdikan yang luasnya sekitar 5-10 hekar. Barang siapa yang akan menjadi menantunya haruslah orang yang  pandai, berwawasan agama dan jelas nasabnya.
    Hingga suatu ketika datanglah seorang pandai dan ahli agama yang bernama Hasan Ilyas. Beliau selain pandai dan ahli agama juga jelas nasabnya sehingga berhasil meninang keturunan Singo Menggolo. Selain itu Hasan Ilyas juga diberikan tanah perdikan itu yang kemudian diberi nama Serut Magersari.
    Hasan Ilyas merupakan seorang yang intelektualnya tinggi dan juga seorang pendakwah Islam.  Tahun 1927 beliau mendirikan sebuah masjid di magersari yang bernama Masjid Roudotul Huda yang digunakan sebagai langkah awal untuk menyebarkan agama Islam di Desa Baluk. Kemuadian dilanjutkan dengan mendirikan pondok pesantren, yang dimana pada masanya memiliki banyak santri hingga luar wilayah Magetan. Pondok pesantren yang ada di Magersari pada saat itu merupakan cabang dari pondok pesantren (ponpes) Al Fatah Temboro yang memiliki ribuan santri. Akan tetapi ponpes magersari untuk beberapa waktu lalu mengalami kemunduran hingga tidak lagi berfungsi. Akan tetapi pada saat ini keturunan dari K.H. Hasan Ilyas kembali meneruskan perjuangannya dengan dibangun kembali ponpes yang sekarang masih dalam tahap pembangunan.
    Ajaran-ajaran tentang islam masih kental maskipun K.H. Hasan Ilyas sudah meninggal dunia. Beliau membawa pengaruh bagi masyarakat magersari sendiri dan Desa Baluk. Selain itu ada tradisi yang ada dan berkembang di dalamnya yang akan dibahas pada sub bab berikutnya.
3.    Tradisi dan Budaya Daerah Setempat
3.1 Tradisi
    Berikut adalah tradisi dan budaya yang ada dan berkembang di masyarakat  :
1.    Gembrungan
Gembrungan adalah melafalkan sholawat dan lagu-lagu islami yang diiringi dengan rebana. Gembrungan biasanya digunakan untuk mengumpulkan masyarakat di masjid, di situ masyarakat diberi ceramah tentang agama.
2.    Jedoran
Jedoran yaitu alunan musik yang mengiringi temanten.
3.    Ziarah makan K.H. Hasan Ilyas
Ziarah makam K.H. hasan ilyas merupakan acara rutin yang dilakukan di Magersari setiap tahun tepatnya pada tanggal 3 Syawal.
4.    Haul K.H. Hasan Ilyas
Haul adalah memperingati hari meninggalnya seseorang. Ini merupakan acara lanjutan dari ziarah makam. Acara Haul ini biasanya diisi dengan pengajian umum gratis dan hiburan musik-musik islam.
5.    Nyadran
Nyadran sendiri biasa dikenal dengan bersih desa. Berbeda dengan daerah lain. Biasanya di daerah lain diperingati dengan alunan musik tradisional atau dengan tari-tarian sedangkan nyadran mengadakan sima’an. Sima’an yaitu menyimak dan menbaca Al Qur’an di masjid. Hal ini dilakukan supaya tidak menjadi syirik
3.2 Mitos
    Selain tradisi dan budaya yang berkembang di masyarakat juga diikuti dengan berbagai mitos yang berkembang di masyarakat. Mitos-mitos tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Pedayangan. Pedayangan sendiri menurut cerita yaitu munculnya macan putih akibat dari adanya pertengkaran yang terjadi antara sesama keturunan K.H. Hasan Ilyas ataupun terjadi hal-hal yang tak diinginkan di magersari. Itu merupakan peringatan bagi keturunannya untuk tetap hidup rukun antara sesam, untuk bisa bertindak arif dan bijaksana.
2.    Berkembangnya mitos, apabila ada peralatan musik atau soundsystem yang digunakan untuk berpesta dia acara pernikahan dan melewati desa magersari, menurut masyarakat setempat peralatan musik tersebut akan mengalami gangguan. Karena menurut penduduk setempat, itu bukan merupakan buadaya magersari.

B.    Landasan Sosial Budaya terhadap Pendidikan
1.    Kebudayaan dan Pendidikan
    Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
    Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang paling tepat, sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manuasia itu sendiri sebagai warga masyarakat (Made Pidarta, 1997 : 157).
    Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggipula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
    Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.

2.    Keterkaitan Budaya Setempat dengan Pendidikan
    Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai. Dalam konteks kebudayaan, pendidikan memainkan peranan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya. Bahwa pada dasarnya pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki.
    Budaya-budaya yang terlahir dan berkembang di Megarsari dan di Desa Baluk sendiri mengajarkan dan mendidik masyarakat setempat dengan nilai-nilai keagamaan. Nilai-nilai relegius ini yang selalu dipertahankan masyarakat agar anak keturunan tetap berada di jalan Allah SWT. Selain itu juga mengajarkan juga tentang kerukunan yang harus dilakukan setiap manusia. Selain itu juga falsafah-falsafah yang mengajarkan akan pentingnya bertindak arif dan bijaksana.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
    Kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain.
    Magersari adalah salah satu dusun yang ada di Desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan. Walaupun hanya dusun kecil tetapi dari sinilah muncul budaya-budaya yang tumbuh dan berkembang di desa setempat hingga era modern kini.
    Berbagai tradisi-tradisi berkembang di Magersari seperti nyadran, jedoran, gembrungan, acara rutin haul dll, itu semua tak lepas dari adat istiadat dan kepercayaan setempat yang menghasilkan pembelajaran bagi masyarakatnya. Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan sehingga dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan berakar dari kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar